SUMBAR24 — Saat perang melawan penjajah Belanda, selain ikut bergerilya, Rahmat Shigeru Ono diminta menerjemahkan buku rangkuman taktik perang dan buku tentang taktik khusus perang gerilya untuk pejuang Indonesia.
Pasca Kaisar Jepang mengumumkan kekalahan mereka dalam perang dunia ke II, tentara Jepang yang ada di Indonesia dilanda konflik bathin. Kekaisaran Jepang tidak memerintahkan mereka untuk pulang, namun hanya memberi isyarat untuk itu.
Saat kekalahan Jepang melawan Sekutu, banyak tentara Jepang bingung; kembali ke negerinya atau bertahan. Tak sedikit yang melakukan harakiri (bunuh diri untuk memulihkan kehormatan). Shigeru Ono, serdadu Tentara Ke-16 Angkatan Darat Jepang di Jawa, pun sempat tergoda namun mengurungkan niatnya.
Nampaknya kesetiaan Shigeru Ono pada bangsa ini muncul, meski mengalami konflik bathin. Dia memutuskan mengirim potongan rambutnya ke Jepang, dan jiwa raganya tetap berada di Indonesia untuk membantu bangsa Indonesia melawan Belanda.
Ono memutuskan bergabung dengan pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan pasca Proklamasi. Ono masuk dalam pasukan elit PGI (Pasukan Gerilja Istimewa) bersama serdadu Jepang lain yang memutuskan menetap di Indonesia.
Bersama eks tentara Jepang dan pejuang Indonesia, Ono bergerilya dari satu tempat ke tempat lain. Salah satunya, menyerang markas KNIL di Mojokerto pada Juni 1947.
Setelah Perjanjian Renville, ada kesepakatan untuk menangkapi semua eks tentara Jepang yang masih di Indonesia. “Pada Juli 1948, untuk menghindari penangkapan, serdadu Jepang berkumpul di Wlingi, Blitar, Jawa Timur untuk membuat satu pasukan. Yang tercecer dikumpulkan,” tulis Wenri Wanhar dalam Jejak Intel Jepang: Kisah Pembelotan Tomegoro Yoshizumi.
Perang Dunia II, 1500 Tentara Jepang Dipenggal Suku Dayak Laut
Dia lalu mengganti namanya menjadi Rahmat Shigeru Ono, dia melepas seragam kebanggaan Tentara Jepang untuk diganti dengan peci dan sarung. Dia juga melumuri wajahnya dengan lumpur agar terlihat menyerupai pribumi.
Rahmat Shigeru Ono sempat melatih pemuda Indonesia, Ono kemudian menyingkir ke Yogyakarta. Dia menjalankan tugas penting dari Markas Besar Tentara untuk membuat buku rangkuman tentang taktik perang dan menerjemahkannya ke bahasa Indonesia. Atas perintah Kolonel Zulkifli Lubis, petinggi militer Indonesia yang kelak menjadi pejabat KSAD, Ono juga menyusun buku tentang taktik khusus perang gerilya.
Alasan kenapa dia ikut berjuang bersama rakyat Indonesia, dikarenakan dia tidak bisa diam melihat orang orang Indonesia ditembaki oleh orang barat dan mati sia sia karena kalah senjata dan taktik.
Rahmat Shigeru Ono meninggal pada 25 Agustus 2014 di Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang dalam usia 95 tahun. Jenazah Ono dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Batu, Malang. Ono lahir di Furano, Hokkaido Jepang pada 26 September 1919.
“Indonesia sudah banyak membantu Jepang. Kami ingin memberikan yang tidak bisa dilakukan oleh negara kami,” ujarnya dalam Mereka yang Terlupakan: Memoar Rahmat Shigeru Ono, Bekas Tentara Jepang yang Memihak Republik karya Eiichi Hayashi.
Dirangkum dari berbagai sumber.