SUMBAR24.COM — Telah wafat seorang ulama besar dekade ini, yakni Syaikh Dhiaurahman Al A’zhami. Beliau dahulunya mengisi kajian hadits Nabi Muhammad shalaAllahu alaihi wasallam di Masjid Nabawi Kota Madinah.
Terlihat kesederhanaan sang ulama ini, setiap selepas Isya, beliau sendiri membawa sendalnya yang beliau letakkan di kantong plastik. Terkadang ada mahasiswa yang membantu membawakan agar Syaikh tidak merunduk. Tampak sekali dari pribadi beliau orang yang tawadhu dan sangat ramah sekali terhadap para penuntut ilmu.
Kajian beliau selepas shalat Isya di Masjid Nabawi itu berada di bagian belakang arah kiblat. Menurut murid-murid beliau, para penuntut ilmu yang hadir bersama kajian beliau sangat antusias untuk belajar. Seluruh pertanyaan dari para yang hadir beliau jawab dengan gamblang sekali.
Pernah suatu kali seorang penuntut ilmu bertanya tentang hadits Mualaq yang ada di shahih Bukhari. Beliau menjelaskan dengan jelas dan mudah dimengerti, tapi si penuntut ilmu ini belum paham juga. Dan terus bertanya lagi ke beliau.
Hingga beberapa temannya merasa jatah pertanyaan untuk yang lain terlalu lama menunggu. Maka Syaikh A’dzhami justru kembali menjelaskan dengan lebih pelan hingga si penanya paham. Dan beliau pun tersenyum, mungkin agar hadirin yang hadir tidak mengkritik karena lamanya si penanya bertanya.
Inilah diantara hikmah cerita di atas. Kesabaran, kasih sayang, dan menyemangati orang-orang yang belum mengerti suatu permaslahan agama adalah sebuah keharusan. Sehingga penanya tidak perlu malu dan penanya benar-benar memahami jawaban agar pemahamannya tidak salah. Karena inilah amanah bagi seorang ahli ilmu, ia belajar serajin-rajinnya, agar bisa menjelaskan se gamblang-gamblangnya.
Syaikh Dhiaurahman Al A’zhami, beliau juga dahulunya berasal dari Negara India dan dulunya beragama Hindu. Namun Allah memberi dia hidayah Islam dan Sunnah sehingga menjadi Ulama Hadits yang mengajar di Masjid Nabawi.
Kini beliau telah tiada, dan kita semua pasti menyusul beliau cepat atau lambat, suka atau tidak. Beliau sudah mewariskan sebaik-baik warisan untuk orang yang hidup yakni ilmu dan adab yang bermanfaat.
Warisan ilmu beliau diantaranya adalah kitab yang disertakan di gambar. Kitab ini atas usaha beliau selama 20 tahun.
Sumber : Status Facebook Suara Madinah dan Sunnah’s My Way
Edited : SB Abu Ibrahim