Lyudmila Pavlichenko, Wanita Penembak Jitu Soviet Yang Ditakuti Nazi Saat PD II

Wanita Penembak Jitu Soviet

SUMBAR24.COM — Sejarah Perang Dunia II seringkali dipenuhi dengan cerita-cerita heroik dan keberanian orang-orang yang berjuang untuk mempertahankan negaranya.

Kebanyakan wanita saat itu berada di rumah melakukan tugas mereka dan sebagian di Eropa ada yang bekerja di pabrik, tetapi seorang wanita berusia 24 tahun mengabdikan hidupnya untuk membunuh tentara Nazi. Namanya Lyudmila Pavlichenko, dan dia adalah wanita penembak jitu Soviet di kala itu.

Pavlichenko telah melakukan pembunuhan 309 orang tentara Nazi. Prestasi tersebut yang membuatnya menjadi satu-satunya penembak jitu wanita paling sukses sepanjang sejarah.

Baca juga : Terungkap! Rahasia Awet Muda Ratu Spanyol

“Saya berumur 24 tahun dan telah menembak 309 tentara Nazi sekarang. Tuan-tuan, tidakkah Anda berpikir telah bersembunyi di belakang saya terlalu lama?”

Begitulah salah satu kutipan pidato Lyudmila Pavlichenko yang memekik kerumunan pria di Chicago, Amerika Serikat (AS), akhir tahun 1942. Kala itu, ia dipercaya Uni Soviet untuk menggalang dukungan AS, Kanada, dan Inggris guna membantu mengalahkan Nazi Jerman di front Perang Eropa.

Saat itu, Pavlichenko juga menjadi warga Uni Soviet pertama dalam sejarah yang diterima Presiden AS Franklin D. Roosevelt di Gedung Putih.

Pavlichenko lahir di Balaya Tserkov, sebuah kota di luar Kiev, Ukraina pada 1916. Sejak muda, ia menjadi perempuan yang kompetitif dan mengikuti pelatihan tembak hingga mendapat beberapa sertifikat keahlian menembak.

Pada umur 16 tahun, ia sudah menikah dan memiliki seorang anak. Namun, keinginannya lebih besar dibanding sekadar menjadi ibu rumah tangga. Ia bercerai dengan suaminya dan kuliah jurusan sejarah di Universitas Kiev.

Baca juga : Heboh! Harga Vaksin Covid-19 Moderna, Akhirnya Terkuak

Pada usia 24 tahun, dia mendaftar untuk menjadi penembak jitu di tentara Soviet. Awalnya, mereka menolaknya karena dia seorang wanita, tapi dia datang dengan persiapan. Dia telah mendapatkan beberapa penghargaan keahlian menembak sepanjang hidupnya. Setelah melihat bakatnya, mereka membuat pengecualian, dan mengizinkannya untuk mendaftar.

Kemudian pihak Soviet mengirimnya untuk belajar di “sekolah penembak jitu”, di mana mereka melatihnya untuk menggunakan keterampilan menembaknya. Namun, perwira Tentara Merah mengharapkan dia untuk membuktikan dirinya lebih dari pria mana pun.

Saat uji coba pertama kali di situasi yang sebenarnya Pavlichenko berhasil membunuh dua tentara Jerman. Karena Pavlichenko tidak ragu-ragu menembak. Dan dia pun lulus ujian tes tersebut, namun kedua kematian itu tidak dihitung dalam jumlah total pembunuhan resminya. Uni Soviet menerima total 2.000 penembak jitu wanita, tetapi hanya 500 yang selamat dari perang.

Ketika memasuki tahun-tahun akhir kuliah, Nazi Jerman menyerang sejumlah wilayah Uni Soviet pada 22 Juni 1941–dikenal sebagai Operasi Barbarrosa. Kampus Pavlichenko hancur lebur dibombardir, ia pun tak bisa menyelesaikan gelar sarjananya.

Dipenuhi rasa dendam terhadap Nazi, Pavlichenko mendaftar sebagai sniper di tentara Soviet. Awalnya ia ditugaskan sebagai perawat serdadu, namun ia menunjukkan beberapa sertifikat keahlian menembaknya dan berhasil masuk ke Divisi Senapan ke-25 Tentara Merah sebagai sniper.

Saat pertama kali ditugaskan, awalnya ia tidak dibekali senapan karena keterbatasan senjata dan hanya dibekali granat tangan. Namun begitu seorang rekan di sampingnya tertembak, ia langsung meraih senapan Mosin-Nagant dan menembak dua tentara Nazi-Rumania.

Selama bertugas, Pavlichenko mengembangkan taktik snipernya di Pertempuran Odessa (8 Agustus-16 Oktober 1941). Ia pergi dari kemahnya setiap dini hari ke garis depan musuh dan kembali saat malam; berbaring tanpa gerakan berjam-jam dan menunggu kesempatan menembak.

“Anda membutuhkan fokus, niat, dan daya tahan yang kuat untuk berbaring selama lima belas jam tanpa bergerak. Gerakan sekecil apa pun bisa berbuah kematian,” ungkapnya dalam sebuah memoar.

Baca juga : Cerita Kepahlawanan Usman dan Harun di Misi Ganyang Malaysia

Di Pertempuran Odessa, ia membunuh 187 tentara Jerman dengan senapannya. Lalu bertambah menjadi 257 tentara saat Pertempuran Sevastopol. Berkat perolehan ini, ia dipromosikan menjadi Sersan Kepala pada Mei 1942.

Dari jumlah itu, 36 korban di antaranya merupakan sniper Jerman yang berduel dengannnya selama berhari-hari. Ia sering memakai umpan manekin berseragam Nazi atau syal cerah yang diikatkan pada tanaman untuk mengetahui posisi musuh snipernya dan mengambil kesempatan menembak.

Selama menjadi sniper, ia empat kali terluka, dan yang terakhir membawanya keluar dari pertempuran setelah persembunyiannya dihantam mortir Jerman dan serpihan peluru mengenai wajahnya. Pavlichenko diangkat menjadi Letnan dan secara aktif bertugas sebagai pelatih sniper.

Tentara Jerman sangat takut dengannya, hingga menjulukinya Lady Death. Meski begitu, Pavlichenko kerap mendapat ancaman, seperti jika tertangkap maka tentara Jerman akan memotong tubuhnya menjadi 309 bagian.

Alih-alih menakutinya, ia justru merasa senang musuhnya begitu mengetahui reputasinya. Dan ketika ancaman itu tidak mempan, Jerman sempat gencar memberikan imbalan banyak cokelat dan menjadikan Pavlichenko perwira Jerman jika bergabung dengan Nazi.
Namun, ia jelas menolak iming-iming tersebut dan tetap membantu negaranya menghimpun dukungan kekuatan dari sekutu.

Sumber : FP Lembaran Sejarah Dunia | Historycollection.com | Kumparan.com

Foto : https://historycollection.com/lyudmila-pavlichenko-a-k-a-lady-death-was-the-greatest-soviet-female-sniper/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *