SUMBAR24.COM — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Manoarfa mengunjungi Danau Maninjau, yang menjadi salah satu dari 10 danau prioritas di Indonesia untuk diselamatkan dari ketercemaran, Kamis (08/04/21).
Kunjungan ini didampingi Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy, Bupati Agam, Andri Warman, serta rombongan dari Menteri PPN itu sendiri dan lainnya.
Suharso Manoarfa melihat secara langsung kondisi Danau Maninjau yang kini tengah alami ketercemaran. Bahkan dikatakannya ketercemaran air danau terlihat jelas, yang diakibatkan oleh sisa pakan ikan.
Hal ini karena, pakan yang diberikan kepada biota Danau Maninjau adalah pakan anorganik, sehingga dengan sendirinya pakan akan membentuk sedimentasi di danau.
“Sedangkan seluruh dunia telah beralih ke pakan ternak organik termasuk ikan yang organik, karena tidak menghasilkan sedimen,” ujarnya.
Baca Juga : Kepala KUA Tilkam: Lulusan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Harus Mahir Baca Alquran
Untuk itu, ia minta Pemkab Agam menerbitkan Perda dan melakukan pemeriksaan, agar pakan ikan dialihkan jadi pakan organik. Selain mudah didapat, harganya jauh lebih murah dibanding anorganik.
“Ini salah satu yang kita mintakan kepada Pemkab Agam, untuk bisa memproduksi pakan ikan organik, yang diikuti oleh Perda untuk menjelaskannya kepada masyarakat,” sebutnya.
Dengan begitu, menurutnya dua atau tiga tahun ke depan sedimen di danau akan berkurang, sehingga tidak terjadi pendangkalan seperti yang dialami Danau Limboto.
Sementara itu, Bupati Agam, Andri Warman menyebutkan, terkait usulan Menteri PPN untuk membuatkan Perda, pihaknya akan mengkoordinasikannya dengan DPRD dan masyarakat setempat.
“Karena setelah hari raya nanti kita akan mengunjungi seluruh nagari di Tanjung Raya, untuk menyerap informasi dan mengetahui apa sebenarnya permasalahan di salingka Danau Maninjau ini,” tukasnya.
Diketahuinya, di danau selain masyarakat yang punya keramba, juga banyak dimiliki pihak ketiga, sedangkan warga salingka danau banyak yang hanya sebagai pekerja.
Baca Juga : Resmikan Mushala Nur Ramadhan, Bupati Andri Apresiasi Semangat Warga Pilubang
“Belum lagi kita juga berwacana bangun kereta gantung dari Matur ke Danau Maninjau, kalau airnya seperti ini siapa yang mau datang. Tapi kalau kualitas airnya bagus, rakyat akan jadi aman dan pemerintah tidak punya kendala, tentu ekonomi masyarakat meningkat dengan sendirinya seiring meningkatnya wisatawan berkunjung,” ulasnya.
Jangan Sampai Danau Maninjau Tinggal Kenangan
Danau Maninjau berdasarkan hasil penelitian LIPI terjadi penurunan status tropik, dalam waktu hampir 100 tahun. Dari oligotropik tahun 1929, menjadi hipertropik di 2016, maka secara komulatif terjadi perubahan yang luar biasa.
Kondisi ini menjadi dua pilihan yang sangat sulit, satu sisi ingin selamatkan danau dari ketercemaran untuk kepentingan masyarakat, dalam memberikan kehidupan dan kelestarian alam agar keberlanjutan kehadiran danau bisa dinikmati anak cucu.
Sedangkan sisi lain di waktu bersamaan, masyarakat bekerja di keramba sehingga ini menjadi tugas yang berat bagi Pemkab Agam dalam mengatasinya.
Diharapkannya, Pemkab Agam bersama masyarakat terutama sekitar danau, untuk menjaga dan memelihara danau itu, karena ia sangat kagum dengan Agam yang memiliki kekayaan alam seperti memiliki danau, gunung, laut, dan lainnya.
“Jangan sampai nanti Danau Maninjau yang jadi kebanggaan masyarakat Agam ini hanya tinggal kenangan,” kata Suharso Manoarfa.
Respon (3)