SUMBAR24.COM — Bug yang ditemukan pelajar ini semula tidak diakui oleh Google, karena belum ada yang menemukannya selama ini. Hampir setengah bulan lebih terjadi perdebatan panjang untuk meyakinkan Google bahwa temuannya ini benar-benar valid.
Abdullah Mudzakir (18) nama pelajar ini, pelajar kelas XII SMKN 8 Kota Semarang tersebut akhirnya mampu meyakinkan Google bahwa temuannya itu asli. Pihak Google percaya dan mengakui bahwa temuan Abdullah Mudzakir sangat penting serta berharga bagi sistem mereka.
Berkat penemuannya pada 2021 silam, murid jurusan Rekayasa Perangkat Lunak tersebut diberikan hadiah penghargaan sebesar 5.000 dolar AS atau setara dengan Rp75 juta.
Bahkan, sebagai bentuk apresiasi atas kemampuan meretas yang dimilikinya serta keberhasilannya menemukan kerentanan pada sistem, mendapatkan kartu Google Bug Hunters. Artinya, kehebatan Abdullah Mudzakir telah diakui oleh perusahaan teknologi terbesar se-dunia itu.
“Ini semacam sayembara menemukan bug di Google, beberapa perusahaan memang ada sayembara menemukan bug dan yang berhasil diberikan hadiah. Alhamdulillah saya berhasil setelah mencoba beberapa kali,” kata remaja yang akrab disapa Dzakir itu.
Dzakir yang bertempat tinggal di Dusun Karangbolo, Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, mengaku cukup sulit untuk menemukan sebuah bug pada sistem Google. Dia bahkan sudah lima kali mengikuti sayembara bug hunting di Google dan semuanya ditolak.
“Jadi waktu menemukan bug itu di tahun 2020 akhir, cuma diterimanya pas 2021 dan katanya, bug saya jadi yang terbaik saat itu,” ungkap Dzakir yang juga diapresiasi di Hall of Fame.
Hall of Fame Google adalah daftar para penemu kerentanan di Google. Pendek kata, setiap orang yang menemukan bug, namanya akan dipajang di situs Google.
Dzakir mengatakan bahwa uang penghargaan yang diterimanya dari Google akan digunakan untuk mengikuti kursus internasional agar kemampuannya di bidang teknologi informasi semakin meningkat. Sisanya, akan dia gunakan untuk membeli laptop, ditabung, serta diberikan kepada orang tuanya.
Geluti Bug Hunter Sejak SMP, sekarang bergaji Rp10 Juta per bulan
Dzakir mengisahkan bahwa dia berkecimpung di dunia perburuan bug ini sejak kelas IX SMP. Sehingga wajar saja, dia telah berpengalaman menjelajahi berbagai sistem di dunia.
“Bug pertama kali yang saya temukan di situs Pemprov Jateng,” kata Dzakir. Setelah itu menelusuri bug di beberapa perusahaan dalam negeri, dan mulai beralih ke perusahaan luar negeri.
“Kalo di luar, ada yang dapat 1.000 dolar AS, 2.000 dolar AS, 1.500 dolar AS, 4.500 dolar AS. Yang terbaru yang Google kemarin,” jelasnya.
Meski masih berstatus pelajar, kini Dzakir telah bekerja di salah satu perusahaan pelayanan sistem keamanan di Jakarta. Kabarnya penghasilan Dzakir diangka 10 juta per bulan.
“Bagi siapapun yang tertarik menekuni bidang hacking, mereka harus bisa menahan diri dari godaan tindak kejahatan, misalnya mencuri uang dari rekening orang lain. Peretas seperti ini disebut hacker hitam. Kalau saya cukup jadi hacker putih saja,” pesan Dzakir mengakhiri.
Sumber : Goodnewsfromindonesia