Kejuaraan Asia 2025: Indonesia Pulang Tanpa Gelar, Taufik Hidayat Bingung dan Soroti Performa Atlet

Kejuaraan Asia 2025 Indonesia Pulang Tanpa Gelar, Taufik Hidayat Bingung dan Soroti Performa Atlet

Kejuaraan Asia 2025 menjadi panggung mengecewakan bagi tim bulutangkis Indonesia. Dalam turnamen bergengsi yang baru saja usai pekan lalu di Ningbo, China, skuad Merah Putih gagal membawa pulang satu pun gelar juara. Prestasi terbaik hanyalah medali perunggu dari dua sektor, yang memicu reaksi keras dari Wakil Ketua Umum PBSI, Taufik Hidayat.

Capaian Terburuk dalam Dua Tahun Terakhir

Tampil dengan kekuatan penuh, tim Indonesia hanya mampu mencapai babak semifinal melalui ganda campuran Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu dan ganda putra Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana. Hasil ini jelas jauh dari ekspektasi, apalagi bila dibandingkan dengan pencapaian pada Kejuaraan Asia 2023, saat Anthony Sinisuka Ginting sukses merebut gelar juara tunggal putra.

Baca Juga: Daftar Tim Indonesia di Piala Sudirman 2025: Perpaduan Pemain Senior dan Muda Siap Tampil di China

Dikutip dari Sportcorner.id, Selasa (15/4/2025), Taufik Hidayat mengaku heran dengan tren penurunan performa atlet bulutangkis nasional di ajang sekelas Kejuaraan Asia 2025.

“Kejuaraan Asia ini harusnya jadi bahan evaluasi penting, sama seperti turnamen-turnamen besar lainnya. Tapi saya sendiri bingung, kenapa tidak ada yang bisa tembus ke final, bahkan meraih juara,” ujar Taufik.

Lebih lanjut, legenda bulutangkis Indonesia tersebut mempertanyakan komitmen dan motivasi para atlet. Menurutnya, dari sisi dukungan dan fasilitas, PBSI sudah memberikan yang terbaik.

Taufik Hidayat : Tak Bisa Selalu Salahkan Pengurus

“Kami dari pengurus sudah siapkan semua kebutuhan atlet. Fasilitas merata, sponsor juga sudah ada. Bahkan mereka sudah dapat kontrak besar. Kalau ditanya apa yang kurang, saya juga bingung,” katanya.

Baca Juga: Tujuh Pemain Terbaik V-League 2024 Diumumkan, Megawati Tak Masuk Daftar

Tak hanya itu, Taufik juga menyebut bahwa masyarakat dan para penggemar bulutangkis Indonesia alias badminton lovers tentu hanya menginginkan satu hal: prestasi dan medali. Sayangnya, di Kejuaraan Bulutangkis Asia 2025, hal itu tidak tercapai.

“Yang penting buat publik kan ada medali, ada juara. Kalau tidak bisa minggu ini, ya minggu depan. Tapi kenyataannya hasilnya tetap nihil,” ujarnya dengan nada kecewa.

Mantan juara Olimpiade itu juga menegaskan bahwa hasil buruk ini tidak bisa sepenuhnya menjadi beban pengurus. Ia merasa, tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan para atlet yang turun ke lapangan.

“Tidak adil kalau pengurus terus disalahkan. Tugas kami adalah memfasilitasi, dan itu sudah dilakukan. Tapi kalau hasilnya tetap begini, kita harus jujur melihat bahwa ada yang salah di internal atlet itu sendiri,” tegasnya.

Baca Juga: Jadwal Babak Perempat Final SV.League 2025 Diumumkan, Persaingan Menuju Semifinal Makin Panas

Sebagai bentuk evaluasi keras, Taufik membuka kemungkinan akan adanya sanksi untuk atlet-atlet yang gagal menunjukkan progres. Ia menyebut, setelah Piala Sudirman, beberapa pemain kemungkinan akan mendapat sanksi, termasuk degradasi dari pelatnas.

“Sepertinya akan ada sanksi usai Piala Sudirman. Kami tidak bisa beri hukuman setiap saat, tapi kami evaluasi berdasarkan performa dan rekam jejak mereka selama ini,” ungkap Taufik.

Kejuaraan Asia 2025 Jadi Cermin Kesiapan Menuju Turnamen Besar

Kegagalan di Kejuaraan Asia 2025 ini tentu menjadi alarm keras bagi PBSI menjelang gelaran-gelaran besar lain, termasuk Olimpiade dan Piala Thomas-Uber. Evaluasi menyeluruh, dari pelatnas hingga pola pembinaan, akan menjadi hal krusial agar prestasi bulutangkis Indonesia bisa kembali ke jalur yang semestinya.

Ke depan, harapan publik tetap tinggi pada sektor-sektor andalan seperti ganda putra dan tunggal putra untuk bangkit dan menunjukkan taji mereka di turnamen internasional. Namun, semua itu akan kembali pada mental dan semangat juang atlet yang menjadi wakil Indonesia di panggung dunia.

Baca Juga: Charles Leclerc Raih P4 di Bahrain: Ferrari Butuh Konsistensi dan Langkah Kecil Menuju Puncak

Kejuaraan Asia 2025 bukan hanya soal medali, tetapi juga cerminan kesiapan Indonesia menuju kompetisi global yang lebih besar. Jika tidak ada perubahan berarti, maka peluang meraih prestasi di ajang lebih bergengsi bisa kembali terancam.