Eks Red Sparks, Seung Ju-pyo pensiun gara-gara aturan FA yang memberatkan dan tidak lagi sesuai dengan realitas gaji pemain voli wanita Korea saat ini. Keputusan pensiun mendadak ini membuka kembali wacana revisi sistem FA yang kaku dan membatasi mobilitas pemain.
Keputusan Mengejutkan Seung Ju-pyo: Gantung Sepatu di Usia 33
Pyo Seung-ju, pemain voli wanita asal Korea Selatan yang pernah membela tim Red Sparks, mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia voli profesional di usia 33 tahun. Keputusan ini datang setelah ia tidak mendapatkan tim baru selama bursa transfer agen bebas (FA), meskipun performanya musim lalu terbilang gemilang.
BACA JUGA: Argentina Lanjutkan Persiapan Menuju VNL 2025, Baru 15 Pemain di Buenos Aires
Sebagai salah satu outside hitter veteran yang membawa timnya ke babak final musim lalu, pensiunnya Seung Ju-pyo dianggap sebagai kehilangan besar bagi dunia voli Korea. Ia tak mampu melanjutkan karier karena terkendala oleh aturan FA yang berat sebelah.
Eks Red Sparks, Seung Ju-pyo Pensiun Gara-Gara Aturan FA
Sistem Kompensasi FA Jadi Penghalang Karier Pemain
Sebagai pemain FA Grade A, tim mana pun yang ingin merekrut Seung Ju-pyo harus membayar:
- 200% dari gaji sebelumnya dan menyerahkan satu dari enam pemain terlindungi, atau
- 300% dari gaji sebelumnya kepada klub asal.
Dengan gaji musim lalu sebesar 300 juta won, nilai kompensasi yang dibutuhkan untuk merekrutnya sangat besar dan memberatkan klub-klub lain. Tidak heran jika tidak ada tim yang bersedia mengeluarkan biaya sebesar itu.
Sistem ini, yang bertujuan melindungi klub asal, justru menjadi bumerang bagi pemain yang ingin mencari peluang baru. Dalam kasus ini, eks Red Sparks, Seung Ju-pyo pensiun gara-gara aturan FA yang terlalu kaku dan tidak memberikan ruang fleksibilitas.
BACA JUGA: Gunma Green Wings Tunjuk Masayasu Sakamoto Sebagai Pelatih Baru
Klasifikasi Grade A Tidak Relevan Lagi
Standar Lama Masih Digunakan di Tengah Perubahan Pasar
Regulasi FA menetapkan bahwa pemain dengan gaji di atas 100 juta won otomatis masuk kategori Grade A. Namun, aturan ini mengacu pada standar tujuh tahun lalu, ketika rata-rata gaji pemain wanita masih 70 juta won. Kini, rata-rata gaji sudah mencapai 160 juta won, namun standar klasifikasi belum diperbarui.
Akibatnya, dari 14 pemain FA wanita musim ini, 13 diklasifikasikan sebagai Grade A, dan satu lainnya hanya tidak masuk karena mengalami penurunan gaji drastis setelah gagal bermain di luar negeri.
Perbandingan dengan Divisi Pria: Sistem yang Lebih Dinamis
Di divisi pria, ambang batas Grade A lebih tinggi yaitu 220 juta won, dan baru-baru ini dinaikkan menjadi 250 juta won. Hal ini menunjukkan bahwa sistem FA di sektor pria lebih adaptif terhadap perubahan pasar, sedangkan sistem di sektor wanita justru stagnan.
Dukungan dari Kim Yeon-koung: “Sangat Disayangkan”
Bintang voli wanita Korea, Kim Yeon-koung yang juga kakak senior Seung Ju-pyo, menyayangkan pensiunnya rekan seperjuangannya. Ia mengatakan bahwa Seung-ju bisa bermain lebih lama jika sistem dan lingkungan lebih mendukung.
Komentar Kim menegaskan bahwa regulasi FA saat ini justru mematikan peluang karier pemain senior, yang seharusnya masih bisa memberikan kontribusi besar bagi tim manapun.
BACA JUGA: Ziraat Bankkart Juara Liga Voli Turki Putra 2024-2025 Usai Libas Galatasaray
Seruan untuk Revisi Aturan FA Semakin Kuat
Kasus ini menjadi pemicu kuat bagi komunitas voli Korea untuk mendesak perubahan aturan FA. Beberapa poin perbaikan yang disuarakan antara lain:
- Menaikkan ambang batas gaji Grade A sesuai kondisi pasar.
- Menurunkan beban kompensasi, terutama bagi pemain senior.
- Memberikan fleksibilitas dalam proses negosiasi antar tim.
Dengan perbaikan sistem FA, tidak akan ada lagi pemain sekelas Seung Ju-pyo yang harus pensiun dini hanya karena aturan yang tidak adil.