Danielle Collins Singkirkan Juara Bertahan Iga Swiatek di Roma Open 2025

Danielle Collins Singkirkan Juara Bertahan Iga Swiatek di Roma Open 2025
Danielle Collins - Dokumentasi IG: WTA

Danielle Collins singkirkan juara bertahan Iga Swiatek di Roma Open 2025 dalam sebuah pertandingan dramatis yang mengguncang dunia tenis. Bertempat di Foro Italico, Collins sukses menumbangkan Swiatek dengan skor telak 6-1, 7-5 di babak ketiga turnamen WTA 1000 tersebut.

Ini menjadi salah satu kejutan terbesar sepanjang musim 2025, mengingat dominasi Iga Swiatek dalam beberapa tahun terakhir di turnamen ini.

Danielle Collins Singkirkan Juara Bertahan Iga Swiatek di Roma Open 2025 dengan Permainan Agresif

Swiatek datang ke Roma dengan status sebagai favorit utama, setelah memenangi tiga dari empat edisi terakhir Roma Open dan mencatatkan 21 kemenangan dari 22 pertandingan terakhirnya di turnamen ini. Namun, statistik luar biasa tersebut runtuh oleh performa luar biasa Danielle Collins, petenis Amerika berusia 31 tahun yang tampil tanpa beban.

Collins mengontrol jalannya pertandingan sejak awal, memainkan pola agresif dengan tempo tinggi yang menyulitkan Swiatek. Ia mencatat 32 winner dan hanya 15 unforced error, berbanding terbalik dengan Swiatek yang menghasilkan 15 winner dan 22 unforced error.

BACA JUGA: Kalahkan Victoria Mboko, Coco Gauff Menang di Babak Kedua Roma Open 2025

Selain itu, Collins sukses memanfaatkan peluang break point dengan efisien: 6 dari 8 berhasil dikonversi, sementara Swiatek hanya mampu mengeksekusi 2 dari 10.

Swiatek Tumbang, Ranking Dunia Terancam

Kekalahan ini bukan hanya memutuskan laju impresif Swiatek di Roma, tapi juga menjadi kekalahan kesembilan baginya sepanjang musim 2025. Jumlah itu setara dengan total kekalahan yang ia alami sepanjang musim 2024, menunjukkan bahwa musim ini menjadi periode sulit bagi sang juara Grand Slam empat kali.

Kekalahan ini juga berdampak pada posisinya di peringkat dunia. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun, Swiatek berpotensi turun ke peringkat 4 atau 5 WTA, tergeser oleh Coco Gauff dan Jessica Pegula yang tampil konsisten musim ini. Jika Jasmine Paolini berhasil menjadi juara di Roma, maka Swiatek bahkan bisa turun satu peringkat lagi.

Collins Cetak Kemenangan Besar Setelah Satu Tahun

Bagi Danielle Collins, kemenangan atas Swiatek ini menjadi catatan istimewa. Ini adalah kemenangan pertama atas pemain Top 10 dalam lebih dari setahun, dan menjadi kemenangan ketiganya atas petenis peringkat dua besar dunia sepanjang kariernya. Sebelumnya, ia pernah mengalahkan Ashleigh Barty di Adelaide 2021 dan Angelique Kerber di Australian Open 2019.

BACA JUGA: Zheng Qinwen Melaju ke Babak Ketiga Roma Open 2025, Rybakina Tantang Andreescu

Rekor Collins melawan Swiatek sebelum pertandingan ini adalah 1-7. Tapi kali ini, ia tampil luar biasa sejak awal hingga akhir laga. Fokus, percaya diri, dan eksekusi pukulannya menjadi kunci utama dalam menumbangkan petenis nomor satu dunia tersebut.

Masalah Servis, Titik Lemah Swiatek

Dalam pertandingan melawan Collins, servis menjadi titik lemah Swiatek. Di set pertama, ia menghadapi empat break point dan semuanya gagal dipertahankan. Dua kali ia bahkan melakukan double fault saat berada dalam tekanan. Dari empat gim servis, ia hanya berhasil meraih lima poin. Statistik tersebut mencerminkan ketidakyakinan dan kurangnya kestabilan performa Swiatek.

Di set kedua, Collins kembali mematahkan servis Swiatek untuk kelima kali berturut-turut. Pelatihnya, Wim Fissette, sempat menyemangatinya dari pinggir lapangan dengan mengatakan, “Iga, sangat sederhana… main untuk menang.” Namun, meski sempat menunjukkan tanda kebangkitan dengan menyamakan skor 3-3, Swiatek tetap gagal membalikkan keadaan.

Match point ketiga menjadi akhir perjuangan Swiatek, setelah pukulan backhand-nya melambung keluar lapangan.

BACA JUGA: Mirra Andreeva Lolos ke Babak Ketiga Roma Open 2025, Raducanu Juga Melaju

Tantangan Baru Jelang Roland Garros

Dengan Roland Garros 2025 semakin dekat, Swiatek menghadapi tantangan besar. Sebagai juara bertahan empat kali di turnamen Grand Slam tanah liat itu, tekanan untuk mempertahankan gelar sangat besar. Namun, performanya yang belum stabil musim ini dan tidak adanya gelar selama musim clay court menjadi pertanda bahwa dominasinya mulai terancam.

Di sisi lain, Collins yang mengumumkan bahwa ini adalah musim terakhirnya sebelum pensiun, justru menunjukkan semangat juang yang luar biasa. Kemenangannya atas Swiatek bisa menjadi momentum untuk mengakhiri kariernya dengan gemilang.