Nasib Amorim Pelatih Manchester United di Ujung Tanduk: Final Liga Europa Jadi Penentu

Nasib Amorim Pelatih Manchester United di Ujung Tanduk
Amorim Pelatih Manchester United - Dokumentasi IG: Ruben Filipe Marques Amorim

Pertemuan dua tim terpuruk di Liga Primer, Tottenham Hotspur dan Manchester United, dalam final Liga Europa di Bilbao, bukan hanya soal trofi, tetapi juga soal nasib dua pelatih utama. Nasib Amorim pelatih Manchester United di ujung tanduk, sementara Ange Postecoglou di Tottenham juga menghadapi ancaman pemecatan, tak peduli hasil pertandingan nanti.

El Sackico Jilid Dua: Ulangan Empat Tahun Lalu

Kembali ke Oktober 2021, Tottenham dan Manchester United pernah bertemu dalam laga yang disebut ‘El Sackico’, karena siapa pun yang kalah diprediksi akan dipecat. United menang 3-0 saat itu dan Nuno Espirito Santo harus angkat kaki dari Spurs. Kini, dengan format yang berbeda, skenario serupa kembali muncul.

BACA JUGA: Timnas Voli Indonesia Ikuti AVC Volleyball Nations Cup 2025: Jadwal dan Daftar Peserta Resmi

Tottenham di bawah Postecoglou dan United di bawah Amorim sama-sama menjalani musim mengecewakan. Mereka berada di posisi ke-17 dan ke-16 klasemen Liga Primer menjelang laga final Eropa yang katanya sebagai salah satu yang paling buruk dari sisi kualitas peserta.

Nasib Amorim Pelatih Manchester United di Ujung Tanduk

Ruben Amorim datang ke Old Trafford dengan reputasi gemilang dari Sporting CP. Penunjukannya pada 11 November seharusnya menjadi awal kebangkitan Setan Merah. Bahkan, kemenangan sensasional atas Manchester City 4-1 di Liga Europa sempat membangkitkan harapan bahwa Amorim mampu mentransformasikan United.

Namun, kenyataan di Liga Primer jauh berbeda. Meski mengalahkan Everton 4-0 dan menahan imbang Liverpool serta Arsenal, United hanya mengumpulkan 24 poin dari 26 laga liga. Secara matematika penuh satu musim, performa tersebut hanya setara 35 poin—jumlah yang membuat klub besar seperti United dalam krisis eksistensial.

Amorim dianggap gagal menerapkan pendekatan taktikalnya di liga domestik, meski sukses di kompetisi Eropa. Ketidakefektifan sistem permainan dan inkonsistensi pemilihan pemain menjadikannya sasaran kritik tajam.

BACA JUGA: Crystal Palace Juara Piala FA Setelah 120 Tahun Puasa, Singkirkan Manchester City di Final

Cedera dan Keteguhan Postecoglou: Kombinasi yang Fatal

Sementara itu, Ange Postecoglou juga menghadapi tekanan yang serupa. Spurs sempat tampil menjanjikan di awal musim dan duduk di peringkat enam setelah menumbangkan Manchester City 4-0. Namun, badai cedera mengubah segalanya. Kiper utama Vicario mengalami patah pergelangan kaki, dan bek andalan Romero serta Van de Ven juga menepi.

Dalam 11 pertandingan liga setelah kemenangan atas City, Tottenham hanya mencatat satu kemenangan, yakni atas Southampton. Meskipun mencapai semifinal Piala Liga dan tampil solid di Liga Europa, performa mereka di Liga Primer justru anjlok drastis.

Yang membuat frustrasi adalah pendekatan keras kepala Postecoglou. Ia tetap bersikukuh menggunakan taktik agresifnya meskipun kondisi tim tidak mendukung. Saat kalah 4-1 dari Chelsea dengan sembilan pemain, Postecoglou berkata, “Kami begini adanya, sobat.” Kalimat yang dianggap sebagian pengamat sebagai pengakuan atas kegagalan fleksibilitas.

Dua Pelatih, Dua Jalan Buntu?

Kedua pelatih—Amorim dan Postecoglou—memiliki satu kesamaan: mereka cerdas secara taktik namun menolak kompromi di liga domestik. Di Liga Europa, mereka berhasil beradaptasi dan menyingkirkan lawan-lawan berat, namun di Premier League justru terpuruk karena bermain seolah kompetisi adalah tempat uji coba.

BACA JUGA: Strategi Mikel Arteta di Bursa Transfer Arsenal Musim 2025/2026 Membingungkan, Fokus Salah Prioritas?

Amorim terkenall dengan sistem tiga bek dan penekanan pada penguasaan bola, tapi pendekatannya terlihat tidak cocok dengan intensitas dan dinamika Liga Primer. Postecoglou membawa ‘Ange-ball’ dari Celtic, namun filosofinya belum terbukti mampu bertahan dalam jangka panjang di kompetisi yang lebih kompetitif seperti Inggris.

Final Liga Europa: Panggung Terakhir atau Kesempatan Baru?

Laga final Liga Europa di San Mames bisa menjadi akhir dari era keduanya. Jika Tottenham kalah, Postecoglou kemungkinan besar akan terdepak. Sementara bagi Amorim, meski kalah, beberapa pihak masih percaya ia layak untuk dapatkan satu kesempatan terakhir—terutama jika performa United tidak seburuk perkiraan jelang pertandingan itu.

Namun, jika United kembali tampil inkonsisten dan kalah dengan skor memalukan, tidak menutup kemungkinan nasib Amorim pelatih Manchester United di ujung tanduk benar-benar terwujud lebih cepat.