Williams terjun bebas setelah tampil memukau di awal musim Formula 1 2025. Tim yang sempat menyalip Ferrari kini justru terperosok ke papan tengah. Williams terpuruk usai kalahkan Ferrari, lalu apa penyebab kemunduran ini?
Dari Euforia ke Realita: Penurunan Performa yang Tak Terduga
Sekitar satu bulan lalu, Williams sukses menyalip setidaknya satu Ferrari dalam dua Grand Prix beruntun, sebuah pencapaian luar biasa yang menegaskan posisi mereka sebagai pemimpin lini tengah. Namun, dalam tiga seri terakhir, Williams hanya mengoleksi 4 poin, angka yang sama dengan Alpine dan jauh tertinggal dari para pesaingnya.
BACA JUGA: Max Verstappen Terancam Absen di GP Inggris 2025 Akibat Akumulasi Poin Penalti
Perolehan Poin dalam 3 Balapan Terakhir:
- Racing Bulls: 18
- Sauber: 14
- Haas: 8
- Aston Martin: 8
- Williams: 4
- Alpine: 4
Williams Terpuruk Usai Kalahkan Ferrari: Strategi 2026 Jadi Bumerang?
Kunci dari kemerosotan Williams tampaknya berakar pada strategi jangka panjang yang mereka ambil. Tim asal Inggris ini secara terbuka mengalihkan fokus mereka lebih awal ke pengembangan mobil 2026, menanggapi perubahan regulasi teknis besar yang akan berlaku musim depan. Keputusan ini tentu memiliki konsekuensi: performa musim 2025 dikorbankan.
Carlos Sainz, yang bergabung dengan Williams tahun ini, mengungkapkan bahwa banyak rival di lini tengah seperti Sauber, Aston Martin, dan Alpine telah membawa pembaruan teknis dalam beberapa balapan terakhir.
“Tim lain membawa upgrade, sementara kami tidak. Kalau begitu kondisinya, ya wajar kami makin sulit masuk zona poin,” ujar Sainz.
BACA JUGA: Charles Leclerc Tak Puas Simulasi Mobil F1 2026: “Kurang Menyenangkan dan Sulit Dibayangkan”
Masalah Utama Bukan Hanya Kurangnya Pengembangan
Meski keputusan menunda pembaruan teknis memainkan peran, penyebab turunnya performa Williams sebenarnya lebih kompleks. Mobil FW47 sejatinya masih punya kecepatan untuk bersaing, namun rentetan kesalahan dan ketidakberuntungan membuat hasilnya tidak maksimal.
Tiga Balapan, Tiga Cerita:
- Monako: Kedua mobil tampil baik di sesi latihan, namun gagal saat kualifikasi karena kesalahan dalam persiapan ban. Hasil akhir hanya P9 dan P10, padahal potensinya lebih tinggi.
- Spanyol: Alex Albon menunjukkan pace yang baik namun gagal mencetak poin akibat kerusakan sayap depan setelah start.
- Kanada: Sainz start dari posisi belakang setelah terganggu di kualifikasi. Albon harus menyudahi balapan lebih awal karena masalah overheating.
Artinya, eksekusi akhir pekan menjadi titik lemah utama. Bahkan Sainz menyebut bahwa adaptasi dan strategi tim menjadi tantangan tersendiri dibandingkan performa mobil itu sendiri.
“Kami tahu kami cepat, tapi kami belum mengeksekusi dengan baik — dari Q1, strategi, sampai saat balapan. Itulah yang ingin kami perbaiki.”
BACA JUGA: F1 The Movie, Brad Pitt Coba Mobil F1 McLaren di Sirkuit COTA: “Nyaris Tembus 200 mph!”
Persaingan Midfield Kian Rapat, Margin Kesalahan Makin Tipis
Salah satu alasan mengapa Williams terpuruk usai kalahkan Ferrari adalah karena tim-tim pesaing mengalami peningkatan signifikan. Midfield kini menjadi zona paling kompetitif di grid, dan celah sekecil apa pun bisa berarti perbedaan antara finis ke-6 atau ke-12.
Tengok saja Racing Bulls dan Sauber, yang berhasil memaksimalkan momentum dengan strategi tepat dan pembaruan teknis efektif. Bahkan Alpine yang sempat terseok di awal musim berhasil mencuri poin berkat penggunaan lantai mobil baru di GP Spanyol.
Klasemen Konstruktor F1 2025 Sementara:
Pos | Tim | Poin |
---|---|---|
5 | Williams | 55 |
6 | Haas | 28 |
7 | Racing Bulls | 28 |
8 | Aston Martin | 22 |
9 | Sauber | 20 |
10 | Alpine | 11 |
Meski masih berada di posisi kelima, ancaman dari tim-tim di bawah mulai terasa. Jika Williams tak segera memaksimalkan peluang, posisi mereka bisa terancam, terutama jika ada tim yang mencetak hasil luar biasa dalam satu balapan, seperti Alpine tahun lalu dengan podium ganda di GP Brasil.
BACA JUGA: Bitget Mitra Baru MotoGP di Musim 2025: Perpaduan Antara Kecepatan dan Inovasi Kripto
Optimisme Masih Ada: Waktu untuk Bangkit
Kabar baiknya, Williams masih punya waktu dan kontrol untuk membalikkan keadaan. Jika mereka bisa menyempurnakan eksekusi di lintasan dan menghindari kesalahan-kesalahan kecil, hasil positif sangat mungkin kembali datang.
Lebih penting lagi, hasil buruk ini belum menandakan bahwa strategi pengembangan 2026 mereka adalah kegagalan. Justru, dengan tetap menjaga posisi di klasemen sembari mempersiapkan mobil masa depan, Williams bisa menuai hasil jangka panjang yang lebih menguntungkan.