Alvaro Bautista Kritik Aturan Konyol di WorldSBK 2025, Apa Itu?

Alvaro Bautista Kritik Aturan Konyol di WorldSBK 2025, Apa Itu
Alvaro Bautista - Dokumentasi Instagram/@abautista19

Alvaro Bautista kritik aturan konyol di WorldSBK 2025 yang menurutnya menghambat peluangnya bersaing memperebutkan kemenangan secara adil. Ia menyoroti regulasi berat minimum gabungan pembalap dan motor sebagai penyebab menurunnya performa sejak musim lalu.

Setelah meraih podium ketiga di Race 2 WorldSBK Inggris 2025 di Donington Park, Alvaro Bautista meluapkan kekecewaannya terhadap regulasi teknis yang ia nilai merugikan pembalap berbobot ringan seperti dirinya. Pembalap asal Spanyol itu menilai aturan berat minimum tidak logis dan hanya membuat persaingan makin timpang.

BACA JUGA: Jack Miller Ungkap Kegagalannya di MotoGP Jerman 2025: Apa Masalahnya?

“Masalahnya, aturan ini bukan menghukum motor, tapi pembalap. Ini sangat tidak masuk akal. Kalau aturan itu dihapus, bisa jadi kita menyaksikan tiga pembalap bertarung untuk menang, bukan cuma dua,” ujar Bautista yang hanya terpaut tiga detik dari pemenang balapan, Toprak Razgatlioglu.

Ketimpangan yang Tak Adil: “Aturan Ini Tidak Berdasar”

Alvaro Bautista kritik aturan konyol di WorldSBK 2025 karena merasa performanya tidak lagi mencerminkan skill dan strategi, melainkan kendali dari regulasi buatan. Aturan berat minimum bermula pada musim 2024, tak lama setelah Bautista mendominasi musim 2023 dengan 27 kemenangan dari 36 balapan.

Sejak aturan itu berlaku, performa Bautista menurun drastis. Ia hanya meraih empat kemenangan dalam dua musim terakhir. Menurutnya, performa impresif di masa lalu lebih ditentukan oleh ritme balap di paruh kedua lomba, bukan karena bobot tubuhnya yang lebih ringan.

“Kalau Anda melihat balapan saya sebelumnya, saya tidak pernah langsung melesat di awal. Biasanya saya baru unggul setelah pertengahan lomba, karena saat itu motor lebih ringan dan ban mulai menurun. Sekarang, dengan tambahan berat, saya kesulitan menjaga grip di tikungan lambat,” jelasnya.

BACA JUGA: Honda Pesimis Jorge Martin Bisa Jadi Penyelamat, Tapi Tetap Pantau Situasi Kontrak

Strategi Ban Jadi Kunci, Bukan Solusi

Dalam Race 2 Donington, Bautista menggunakan strategi berbeda dari rivalnya. Ia memilih ban belakang tipe keras SC0 dari pada ban lunak SCX yang Razgatlioglu dan Nicolo Bulega gunakan. Meski sempat tertinggal di awal, ia kembali menempel Bulega di akhir balapan.

Namun, Bautista menegaskan bahwa pemilihan ban itu bukan demi performa, melainkan kebutuhan. “Saya tak punya pilihan selain pakai SC0. Ban SCX terlalu lunak untuk saya di awal lomba, karena dengan bobot tambahan, jadi sulit mengendalikan motor,” ujarnya.

“Saya harus bermain dengan kartu yang saya miliki. Saya tidak bisa memanfaatkan performa penuh dari motor saat tangki masih penuh. Jadi saya butuh ban yang masih punya daya cengkeram saat motor mulai lebih ringan.”

Strategi tersebut memang membuahkan hasil dengan finis podium, tetapi Bautista tetap menilai bahwa tanpa batasan buatan dari regulasi, persaingan bisa lebih terbuka dan menarik.

BACA JUGA: Honda Bakal Ganti Manajer Tim untuk Musim WorldSBK 2026, Yuji Mori Disebut Jadi Kandidat Kuat

Seruan untuk Kesetaraan dalam Regulasi

Bautista menutup pernyataannya dengan ajakan kepada penyelenggara WorldSBK agar memberikan ruang yang lebih setara bagi semua pembalap. Ia berharap ke depannya kompetisi ditentukan oleh kemampuan, bukan oleh aturan teknis yang bersifat diskriminatif.

“Saya pikir, akan lebih baik jika semua pembalap bisa bersaing dalam kondisi yang sama. Biarkan keahlian yang menentukan, bukan aturan yang menguntungkan pihak tertentu,” tegasnya.

Sementara Razgatlioglu dan Bulega saling sikut di puncak klasemen, Bautista masih harus bekerja keras untuk kembali ke jalur kemenangan. Namun, suara kerasnya bisa menjadi tekanan bagi penyelenggara untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari aturan yang kontroversial tersebut.

BACA JUGA: Kondisi Pembalap Ini 80 Persen Namun Finis Ke-6 di Sachsenring: Aksi Heroiknya di Tengah Cedera