Lewis Hamilton tak mau sekadar jadi penumpang di proyek besar Ferrari untuk musim 2026. Juara dunia tujuh kali itu ingin mobil F1 anyar Scuderia benar-benar memuat “DNA”-nya.
Setelah hijrah dari Mercedes ke Ferrari untuk musim 2025, adaptasi Hamilton di Maranello belum berjalan mulus. Di paruh pertama musim, performanya kerap tertinggal dari Charles Leclerc, terutama karena SF-25 yang tak cocok dengan gaya membalapnya. Namun, Hamilton menegaskan kini ia sudah lebih dekat menemukan arah yang pas, dan itu jadi modal penting untuk mobil generasi baru pada Mobil Ferrari F1 2026 yang akan digunakan nanti.
“Saya dan Charles sama-sama mencari cara membuat mobil ini bekerja. Saya sudah mencoba berbagai pendekatan yang menurut teori seharusnya berhasil, tapi nyatanya tidak. Perlahan-lahan, saya mendekat ke arah setup yang digunakan Charles,” ujar Hamilton dalam wawancara di Silverstone.
BACA JUGA: Resmi: MotoGP Sachsenring Hadir hingga 2031, Catat Rekor Penonton dan Dapat Kontrak Baru
“Pekan lalu di Austria, saya merasa paling dekat dengan setelan yang tepat. Kecepatan balap kami juga cukup setara. Tapi tetap saja, mobil ini sulit dikendalikan dan saya belum nyaman membawanya.”
Fokus ke 2026: Hamilton Siap Bentuk Karakter Mobil Baru
Dengan peluang juara dunia 2025 yang nyaris tertutup bagi Ferrari, perhatian tim kini mulai dialihkan ke pengembangan mobil 2026, yang akan lahir di era regulasi baru Formula 1.
Hamilton pun tak ingin menyia-nyiakan momentum tersebut. Ia kini bekerja erat dengan direktur performa Loïc Serra dan para teknisi di markas Ferrari agar karakteristik mobil tahun depan lebih sesuai dengan gaya membalapnya.
“Saya bekerja dengan Loic dan seluruh tim di pabrik untuk memastikan mobil berikutnya punya sedikit DNA saya di dalamnya,” tegas Hamilton. “Mudah-mudahan kami bisa menanamkan karakter-karakter teknis yang saya butuhkan untuk tampil maksimal tahun depan.”
BACA JUGA: Daftar Sementara Line-Up MotoGP 2026: Siapa Bertahan, Siapa Terancam Hengkang?
Ferrari Diminta Serius Dengarkan Umpan Balik Hamilton
Seiring performa Ferrari yang belum konsisten di paruh pertama musim ini, media Italia mulai menyoroti pentingnya mendengarkan masukan dari Hamilton secara lebih serius.
Wakil kepala tim Ferrari, Jerome d’Ambrosio, menegaskan bahwa seluruh masukan dari pembalap, baik Hamilton maupun Leclerc, sangat mereka perhatikan dalam proses pengembangan.
“Kami tidak hanya mendengarkan satu pembalap saja, tapi dua-duanya,” ujar d’Ambrosio. “Menariknya, dalam banyak pertemuan di pabrik, ternyata Charles dan Lewis seringkali mengajukan permintaan yang mirip secara konsep terhadap apa yang mereka butuhkan dari mobil.”
Menurutnya, proses pengembangan mobil terbagi dalam dua fase penting. Fase pertama adalah menghadirkan paket teknis yang kuat dari sisi aerodinamika dan performa. Sementara fase kedua, yang tak kalah penting, adalah memberikan ruang bagi pembalap untuk mengatur mobil sesuai gaya masing-masing.
BACA JUGA: Momen Haru! Toprak Razgatlioglu Kibarkan Bendera untuk Borja Gomez Usai Menang di Donington
“Dari segi performa, kami tentu fokus menghadirkan mobil dengan downforce optimal. Tapi yang tak kalah penting adalah menyediakan alat yang pas bagi pembalap agar mereka bisa mengekstrak potensi maksimal,” jelasnya.
Menuju Musim 2026: Peluang dan Harapan Baru
Dengan era baru regulasi F1 yang akan mulai pada 2026, termasuk perubahan signifikan pada aerodinamika dan unit tenaga, semua tim terpaksa berpikir ulang soal pendekatan teknis mereka. Untuk Ferrari, ini adalah peluang untuk bangkit sekaligus membuka lembaran baru dalam proyek jangka panjang mereka bersama Hamilton.
Meski kini berusia 40 tahun, semangat Hamilton belum surut sedikit pun. Ia tetap menempatkan detail dan keterlibatannya dalam pengembangan sebagai senjata utama untuk meraih sukses bersama tim legendaris asal Italia itu.
Jika DNA Hamilton benar-benar terwujud dalam mobil 2026 nanti, bisa jadi Ferrari kembali dominan di lintasan. Dengan duet pembalap yang saling melengkapi antara Leclerc dan sang legenda hidup Formula 1.
BACA JUGA: Jack Miller Ungkap Kegagalannya di MotoGP Jerman 2025: Apa Masalahnya?