Untuk seorang juara Roland Garros empat kali, dominasi di lapangan tanah liat mungkin sudah jadi cerita biasa. Namun Sabtu (12/7) malam lalu, Iga Swiatek membalik semua ekspektasi. Iga Swiatek tak menyangka tundukkan lapangan rumput Wimbledon, bahkan dengan cara yang nyaris sempurna: mengalahkan Amanda Anisimova 6-0, 6-0 dalam waktu hanya 57 menit di final tunggal putri Wimbledon 2025.
Swiatek menuntaskan turnamen impiannya dengan gelar Grand Slam keenam dalam kariernya, sekaligus yang pertama di All England Club. Kemenangan ini membuatnya menjadi wanita pertama dari Polandia yang meraih trofi Wimbledon di Era Terbuka, dan satu-satunya pemain aktif yang kini mengoleksi gelar mayor di tiga permukaan berbeda: tanah liat, hard court, dan rumput.
BACA JUGA: Rivalitas Sinner vs Alcaraz Semakin Membara Usai Final Wimbledon 2025
Berani Ambil Risiko, Akhirnya Panen Hasil
Lima hari sebelum final, Swiatek terlihat berlatih penuh agresivitas di Court 16. Tak seperti biasanya, ia bermain mepet garis baseline, melakukan pukulan dengan tenaga penuh melawan mitra latih pria. Itu bukan tanpa alasan.
Pelatihnya, Wim Fissette, telah mendorong Swiatek untuk meninggalkan gaya sabarnya yang khas dari tanah liat dan mulai mengambil risiko lebih besar di lapangan rumput.
Dan hasilnya sungguh luar biasa. Swiatek bukan hanya menaklukkan permukaan yang selama ini membuatnya ragu, tapi melakukannya dengan dominasi mutlak. Final melawan Anisimova berakhir dalam waktu kurang dari satu jam, menjadikannya kemenangan shutout kedua dalam sejarah final Grand Slam putri Era Terbuka. Sebelumnya, hanya Steffi Graf yang mencatatkan kemenangan serupa di Roland Garros 1988.
“Saya merasa seperti sedang bermimpi,” ujar Swiatek usai pertandingan. “Saya bangga dengan diri saya sendiri karena, ya, siapa yang mengira saya bisa menang di sini?”
BACA JUGA: Petenis Italia Pertama, Jannik Sinner Juara Wimbledon 2025 Usai Taklukkan Alcaraz di Final
Rekor Final Grand Slam Masih Sempurna
Pertandingan ini adalah final Grand Slam keenam Swiatek, dan semuanya berakhir dengan kemenangan. Ia kini sejajar dengan legenda seperti Monica Seles dan Margaret Court sebagai satu-satunya petenis putri di Era Terbuka yang memenangkan enam final Grand Slam pertama mereka.
Dalam enam final tersebut, Swiatek hanya kehilangan satu set. Statistik yang memperlihatkan betapa dingin dan tajamnya sang petenis Polandia saat beraksi di partai puncak turnamen besar.
Iga Swiatek Tak Menyangka Tundukkan Lapangan Rumput Wimbledon, Kini Mengincar Australian Open
Iga Swiatek tak menyangka tundukkan lapangan rumput Wimbledon, sebuah permukaan yang selama ini menjadi tantangan terbesar dalam kariernya. Tapi dengan tambahan gelar di Wimbledon, Swiatek kini hanya membutuhkan trofi Australia Terbuka untuk melengkapi koleksi Career Grand Slam, prestasi yang hanya diraih oleh sedikit petenis elite dunia seperti Serena Williams, Steffi Graf, hingga Maria Sharapova.
Setelah kemenangan ini, Swiatek juga mencatatkan kemenangan Grand Slam ke-100 dalam kariernya, hanya dalam enam tahun sejak debut di undian utama Grand Slam 2019.
BACA JUGA: Iga Swiatek Juara Wimbledon 2025 Usai Bungkam Anisimova dengan Skor Telak
Bagel Spesialis, Kini Juga Ratu Rumput
Swiatek dikenal sebagai “ratu bagel”, istilah bagi pemain yang sering menang 6-0. Dan di Wimbledon 2025 ini, julukan itu kembali terbukti. Ia menyapu 20 gim terakhirnya, termasuk menang 6-2, 6-0 atas Belinda Bencic di semifinal dan 6-0, 6-0 atas Anisimova di final.
Kemenangan ini juga menjadi gelar pertamanya sejak Roland Garros 2024, menandai kebangkitan sempurna setelah musim yang relatif mengecewakan di paruh awal 2025.
“Saya pikir banyak orang tidak mengharapkan saya menang di sini,” ucap Swiatek. “Itu sebabnya perasaan kemenangan ini lebih emosional. Tidak ada tekanan eksternal seperti di Roland Garros, jadi saya benar-benar bisa menikmati prosesnya.”
Dari Gelar Junior ke Mahkota Senior
Swiatek pernah menjuarai Wimbledon di level junior, tapi ia sendiri tak pernah membayangkan bisa merebut gelar senior di All England Club. Saat menerima trofi dari Kate Middleton, ia mengaku masih dalam keadaan linglung.
“Saya tidak terlalu ingat apa yang kami bicarakan. Saya hanya fokus untuk tidak melakukan kesalahan atau bersikap tidak sopan,” katanya sambil tersenyum.
BACA JUGA: Serbia Sapu Bersih Vargas Dkk, Timnas Voli Putri Turki Tumbang Lagi di VNL 2025
Kini, Swiatek telah meraih gelar mayor lebih banyak daripada Martina Hingis dan Maria Sharapova. Target selanjutnya? Menyamai torehan tujuh gelar milik Justine Henin dan Venus Williams.
Ancaman Serius bagi Siapa Saja
Dengan performa luar biasa di Wimbledon, Swiatek kembali menegaskan bahwa ia adalah ancaman di setiap permukaan. Ia kini menjadi salah satu dari hanya delapan wanita dalam sejarah tenis yang menjuarai Grand Slam di tiga permukaan berbeda. Dan usianya baru 24 tahun.
Tennis dunia telah memiliki ratu baru di atas rumput, dan namanya adalah Iga Swiatek.