Marc Marquez marah di MotoGP Belanda 2025 usai meraih kemenangan dominan di Assen. Bukan karena tekanan di lintasan, tetapi karena komentar yang menyudutkan para rivalnya. Tuduhan bahwa pembalap lain terutama sang adik, Alex Marquez tidak benar-benar memberikan perlawanan membuat Marquez angkat bicara.
Kemenangan di Assen menandai kemenangan ganda ketiganya secara beruntun musim ini (Sprint dan Grand Prix), memperkuat posisinya di puncak klasemen dengan keunggulan 68 poin. Namun, perhatian publik justru tertuju pada gaya membalap rivalnya, yang dianggap tidak cukup agresif saat menghadapi Marc.
BACA JUGA: Honda Rekrut Desainer Mesin KTM untuk Proyek MotoGP?
Rival Dituding “Main Aman” Marquez Pasang Badan
Setelah balapan, Marquez menyatakan kekecewaannya atas narasi yang berkembang. Menurutnya, tudingan bahwa rival seperti Alex Marquez dan Marco Bezzecchi bermain aman saat melawannya adalah tidak adil.
“Saya membaca banyak hal yang membuat saya marah. Mereka bilang rival saya tidak membalap sekeras biasanya. Padahal mereka layak dihormati atas strategi dan perjuangan mereka,” ujar Marquez tegas.
Kenapa Overtaking di MotoGP Modern Tidak Semudah Dulu?
Teknologi Tinggi, Risiko Lebih Besar
Dalam episode terbaru Crash MotoGP Podcast, jurnalis senior Lewis Duncan memberikan sudut pandang berbeda soal situasi tersebut. Ia menjelaskan bahwa kondisi motor MotoGP saat ini membuat aksi overtake jauh lebih sulit dari sebelumnya.
“Dengan aero winglet dan tekanan ban depan yang sangat sensitif, melakukan overtake bersih menjadi tantangan besar,” ujar Duncan.
Kondisi ini membuat pembalap lebih berhati-hati. Jika terlalu agresif, risiko kecelakaan dan kehilangan poin jauh lebih tinggi. Ini sebabnya banyak pembalap kini fokus pada strategi daripada sekadar duel habis-habisan.
BACA JUGA: Johann Zarco Pangkas Jarak di MotoGP Belanda 2025, Tapi Tetap Belum Puas
Posisi Start Sangat Menentukan
Duncan menambahkan bahwa penentuan posisi start kini sangat krusial. Di sirkuit seperti Assen, dengan tikungan cepat dan lintasan sempit, overtake menjadi makin terbatas.
“Kalau sudah berada di depan, kamu punya kontrol atas ritme balapan. Sangat sulit bagi lawan untuk menyalip tanpa mengambil risiko besar,” tambahnya.
Hubungan Alex dan Marc, Strategi Bukan Kasih Sayang
Alex Tetap Pemburu Gelar
Tuduhan bahwa Alex Marquez bermain “lunak” saat melawan kakaknya dibantah oleh banyak pengamat. Bagi Lewis Duncan, Alex tidak ingin mengambil risiko yang bisa merugikan dirinya sendiri di klasemen.
“Alex juga pembalap yang membidik gelar juara. Dia tahu bahwa satu kesalahan bisa membuat poin hilang. Itu sebabnya dia bermain cerdas, bukan lemah,” katanya.
Dengan selisih poin yang belum aman, konsistensi adalah kunci bagi Alex untuk terus bersaing di papan atas.
Bezzecchi Tak Mau Ambil Risiko untuk Gagal
Hal yang sama juga berlaku untuk Marco Bezzecchi. Meski tampak tidak terlalu menekan Marc, Bezzecchi dinilai sudah tampil maksimal dengan kondisi motornya.
“Bezzecchi mempertahankan posisi kedua untuk tim Aprilia yang sedang butuh poin. Lebih baik aman dengan podium daripada gagal karena overtake nekat,” jelas Duncan.
Marc Marquez Marah di MotoGP Belanda 2025 karena Salah Kaprah
Strategi Marc, Kunci Dominasi
Marc Marquez marah di MotoGP Belanda 2025 bukan karena merasa diistimewakan, tetapi karena opini publik yang salah kaprah. Di lintasan, ia menunjukkan bagaimana strategi matang bisa mengunci kemenangan, bahkan saat berada di bawah tekanan dari rival seperti Alex dan Bezzecchi.
Podcast host Jordan Moreland menyoroti bagaimana Marquez mengatur posisi motornya dengan sangat taktis, khususnya di sektor terakhir Assen.
“Dia menempatkan motornya dengan tepat, sehingga Alex tidak punya ruang untuk menyalip. Ini bukan soal bantuan, tapi soal pengalaman dan kecerdasan balap,” ujarnya.
Psikologis dan Pengalaman, Senjata Marquez
Moreland juga menambahkan bahwa Marc punya keunggulan mentalitas sebagai juara. Ia mampu bangkit cepat dari tekanan dan tetap fokus di setiap lap.
“Bahkan ketika Bagnaia tampil terbaik sepanjang musim, Marc tetap mengatasinya dengan mudah. Itu menunjukkan levelnya,” kata Moreland.
Kesimpulan: Kritik Tidak Relevan, Marquez Menjawab di Lintasan
Kemarahan Marc Marquez di MotoGP Belanda 2025 mencerminkan betapa tekanan publik bisa menyesatkan. Tuduhan bahwa lawan bermain lunak tidak mencerminkan realita MotoGP saat ini. Dengan motor modern yang menantang dan strategi balap yang makin kompleks, tidak semua duel harus berakhir dengan overtake ekstrem.
Marc Marquez sudah membuktikan bahwa kemenangan bukan soal siapa yang paling agresif, tapi siapa yang paling cerdas dan konsisten. Dan itulah alasan mengapa ia kini menjadi pemuncak klasemen MotoGP 2025.