Pengalaman pahit Park Joo Bong di Sudirman Cup masih membekas hingga hari ini. Momen kegagalan dua tahun lalu saat hampir membawa Jepang mengalahkan China menjadi kenangan yang sulit ia lupakan.
Disadur dari Bwfbadminton.com, Sabtu (26/4/2025), kini, setelah bertahun-tahun membangun kejayaan Jepang, Park kembali ke tanah airnya untuk mengejar ambisi terakhir dalam karier kepelatihannya.
Kegagalan di Pintu Gerbang Sejarah
Pada tahun 2023, Jepang hampir mencetak sejarah di Sudirman Cup. Mereka hanya membutuhkan satu poin lagi untuk menumbangkan dominasi China di babak semifinal.
Pasangan ganda putra Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, sudah berada di atas angin dengan empat match point di tangan saat melawan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi.
BACA JUGA: Jadwal Indonesia Hari Pertama Piala Sudirman 2025, Debut Rehan Naufal
Namun, mereka gagal mengkonversi peluang emas itu. Sebaliknya, China membalikkan keadaan, lolos ke final, dan akhirnya merebut gelar juara.
Park Joo Bong, yang saat itu menjadi pelatih kepala Jepang, masih sulit menerima kenyataan tersebut.
“Saya tidak ingin mengingatnya,” keluh Park. “Kami sudah hampir menang, tetapi semuanya berubah dalam sekejap. Rasanya masih sakit sampai sekarang.”
Padahal, selama di bawah arahan Park, Jepang sudah berhasil meraih berbagai gelar bergengsi seperti medali emas Olimpiade, World Championships, Thomas Cup, dan Uber Cup. Namun satu gelar yang selalu lepas adalah Sudirman Cup.
Sepanjang sejarah, Jepang belum pernah menjuarai Piala Sudirman dan hanya mampu menjadi runner-up sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 2015, 2019, dan 2021. Pengalaman pahit Park Joo Bong di Sudirman Cup inilah yang kemudian menjadi luka mendalam di sepanjang karier kepelatihannya di Jepang.
Dampak Besar Setelah Kegagalan
Setelah tragedi di Sudirman Cup, performa Jepang anjlok di berbagai turnamen besar.
Mereka gagal meraih medali di Thomas Cup, hanya meraih perunggu di Uber Cup, serta hasil kurang menggembirakan di World Championships 2023 dan Olimpiade Paris 2024.
BACA JUGA: Timnas Piala Sudirman Indonesia Tiba di China, Langsung Adaptasi dengan Kondisi Lapangan
Kecewa dengan hasil tersebut dan merasa siklusnya sudah selesai, Park memutuskan mengakhiri pengabdiannya untuk Jepang setelah dua dekade penuh prestasi.
Saat itulah ia mulai mempertimbangkan untuk mengakhiri karier kepelatihannya sepenuhnya.
Peluang Terakhir Bersama Korea
Saat rencana pensiun mulai mantap, Park mendapat tawaran yang mengejutkan: melatih tim nasional Korea Selatan.
Tawaran itu datang di detik-detik terakhir, dan Park, yang memang sejak lama bermimpi menjadi pelatih kepala negaranya sendiri, langsung menerimanya.
“Ini kesempatan terakhir saya. Kalau tidak datang, saya mungkin benar-benar pensiun,” ujarnya.
Dengan kontrak berdurasi dua tahun, Park kini memiliki misi baru: membawa Korea Selatan menjadi juara dunia.
BACA JUGA: Jadwal Lengkap Pertandingan Timnas Indonesia di Piala Sudirman 2025
Pengalaman Pahit Park Joo Bong di Sudirman Cup Jadi Motivasi
Mengalami pengalaman pahit Park Joo Bong di Sudirman Cup membuatnya lebih bertekad saat menangani Korea. Ia ingin menghapus luka lama dengan membawa Korea menjuarai turnamen ini untuk pertama kalinya di bawah arahannya.
Meskipun semangatnya tinggi, Park menyadari tantangan yang ada.
Pemain bintang An Se Young baru saja pulih dari cedera, dan pasangan Seo Seung Jae/Kim Won Ho masih mencari performa terbaik setelah padatnya jadwal pertandingan.
“Target kami jelas: menjadi juara. Tapi semua akan bergantung pada kondisi pemain dan semangat bertarung mereka,” tegas Park.
Kenangan Singkat Bersama Korea Sebelumnya
Sebelum kembali resmi sebagai pelatih kepala, Park sempat terlibat dalam pelatihan Korea menjelang Olimpiade Athena.
Dalam waktu singkat, ia berhasil membentuk tim yang kuat: Kim Dong Moon/Ha Tae Kwon merebut medali emas, sedangkan Lee Dong Soo/Yoo Yong Sung membawa pulang perak.
Pengalaman tersebut menjadi modal besar baginya untuk memimpin Korea saat ini, dengan semangat baru namun tetap berbekal pengalaman panjang.
Pulang ke Tanah Air Setelah 29 Tahun
Kini, Park Joo Bong kembali ke tempat di mana semuanya bermula. Setelah hampir tiga dekade mengabdi di luar negeri, ia pulang ke Korea Selatan membawa harapan baru.
“Saya kembali ke rumah dan saya bahagia. Setelah 29 tahun, akhirnya saya kembali,” ungkapnya dengan penuh rasa syukur.
Park bukan hanya ingin meraih gelar juara, tetapi juga meninggalkan warisan berharga: membangun fondasi kuat untuk generasi penerus bulu tangkis Korea Selatan.