Dunia tenis wanita diguncang kejutan besar setelah Lois Boisson tembus 100 besar WTA usai tampil memukau di Roland Garros 2025. Petenis muda asal Prancis itu mencatat rekor luar biasa dengan melesat hampir 300 peringkat setelah lolos ke semifinal Grand Slam pertamanya.
Boisson memulai turnamen dengan status wild card dan peringkat dunia ke-361. Namun, penampilannya di lapangan tanah liat Paris mengubah segalanya. Dengan mengalahkan pemain unggulan seperti Elise Mertens, Jessica Pegula, dan Mirra Andreeva, Boisson kini menempati peringkat 65 dunia, sebuah lompatan ranking terbesar ke Top 100 dalam sejarah tenis profesional abad ke-21.
BACA JUGA: Rekor Statistik Grass-court Madison Keys Jadi Unggulan di HSBC Championships 2025
Coco Gauff Semakin Dekat ke Puncak Peringkat Dunia
Roland Garros 2025 juga menyuguhkan duel kelas dunia antara Coco Gauff dan Aryna Sabalenka di final. Gauff berhasil bangkit dan menundukkan Sabalenka untuk merebut gelar Grand Slam keduanya.
Sabalenka tetap mempertahankan posisi No.1 dunia, kini dengan 11.553 poin, naik dari 10.683. Sementara itu, Gauff mempersempit jarak dengan menambah 1.220 poin dan kini mengoleksi 8.083 poin. Sebelumnya terpaut 3.820 poin, kini selisih keduanya tinggal 3.470 poin.
Peningkatan ini juga memperlebar jarak Gauff dari Jessica Pegula, yang tetap berada di peringkat ketiga. Sebelum turnamen, Gauff hanya unggul 620 poin atas Pegula. Kini, jarak itu melonjak menjadi 1.600 poin.
Lois Boisson Tembus 100 Besar WTA dengan Lompatan Ranking Bersejarah
Pencapaian Lois Boisson menjadi sorotan utama Prancis Terbuka tahun ini. Di usianya yang baru 22 tahun, Boisson menjadi semifinalis Grand Slam dengan peringkat terendah dalam 40 tahun terakhir, tidak termasuk pemain tanpa peringkat resmi.
BACA JUGA: Sinner Petenis Putra Nomor 1 Dunia & Peringkat Petenis Putra Dunia 2025 Per 9 Juni
Ini juga merupakan debut Boisson di undian utama Grand Slam. Sebelumnya, ia hanya sekali tampil di turnamen WTA level utama, yakni di Rouen pada April, di mana ia lolos ke babak kedua.
Namun performa impresifnya di Roland Garros membuktikan bahwa ia bukan sekadar kejutan sementara. Boisson melonjak 296 peringkat dari No.361 ke No.65. Ini sekaligus menandai debutnya di Top 100 dan mencatat sejarah sebagai lompatan peringkat terbesar ke 100 besar WTA sejak tahun 2000.
Sebelum ini, peringkat tertinggi dalam karier Boisson adalah No.152, yang ia raih pada Mei 2024 sebelum mengalami cedera ACL dan absen selama sembilan bulan.
Catatan Lain: Mboko, Ruzic, dan Sawangkaew Ikut Menembus Top 100
Tak hanya Boisson, tiga nama muda lainnya juga mencatat debut mereka di 100 besar WTA minggu ini:
- Victoria Mboko (Kanada, 18 tahun): Petenis muda ini sukses lolos dari babak kualifikasi dan mencapai babak ketiga Roland Garros. Dengan rekor musim 42-6, Mboko naik dari No.120 ke No.91. Dia memulai musim ini di peringkat 333.
- Antonia Ruzic (Kroasia, 22 tahun): Ruzic tampil konsisten sepanjang musim dengan dua gelar ITF W75 di Trnava dan Maribor, serta hasil bagus di Roma. Setelah tampil di kualifikasi Roland Garros, ia naik tiga peringkat dari No.101 ke No.98.
- Mananchaya Sawangkaew (Thailand, 22 tahun): Petenis asal Negeri Gajah Putih ini menjadi pemain Thailand ketiga yang masuk Top 100, mengikuti jejak Tamarine Tanasugarn dan Luksika Kumkhum. Sawangkaew kini berada di peringkat 100 dunia setelah naik sembilan peringkat.
BACA JUGA: Coco Gauff Bersinar, Ini Peringkat Petenis Putri Dunia 2025 Per 9 Juni: Iga Swiatek Ke-7
Ini merupakan pertama kalinya sejak Januari 2013 empat pemain sekaligus berhasil masuk Top 100 dalam minggu yang sama. Saat itu, Kristyna Pliskova, Donna Vekic, Madison Keys, dan Jana Cepelova mencatat pencapaian serupa.
Dampak Sistem Peringkat Baru terhadap Lompatan Boisson
Sebagai catatan tambahan, lompatan ranking Boisson ini semakin menonjol karena aturan peringkat WTA telah berubah. Dahulu, pemain membutuhkan hasil dari minimal tiga turnamen agar dapat masuk peringkat resmi. Kini, dengan sistem yang lebih terbuka, lompatan drastis seperti yang dialami Boisson menjadi mungkin.
Sebelumnya, nama-nama besar seperti Kim Clijsters dan Justine Henin juga mencetak sejarah sebagai petenis tak berperingkat yang membuat gebrakan di Grand Slam, namun keduanya saat itu harus memulai kembali dari luar 30 besar meskipun hasilnya mengesankan. Jika aturan saat ini berlaku saat itu, keduanya kemungkinan besar langsung masuk jauh lebih tinggi dalam peringkat.