Era Baru Dimulai: 14 Tim Voli Korea V-League Berburu Pemain Kuota Asia 2026, Megawati Masih Jadi Incaran

Era Baru Dimulai 14 Tim Voli Korea V-League Berburu Pemain Kuota Asia 2026, Megawati Masih Jadi Incaran
Haruyo Shimamura dari Pepper Savings Bank, middle blocker asal Timnas Jepang - Dokumentasi Instagram/@aipeppers

Persaingan di dunia voli Korea semakin panas. Sebanyak 14 tim voli Korea V-League berburu pemain kuota Asia 2026 setelah Federasi Voli Korea (KOVO) resmi mengubah sistem rekrutmen menjadi free agent (FA) mulai musim 2026–2027.

Keputusan ini menandai berakhirnya sistem tryout yang selama bertahun-tahun menjadi mekanisme utama perekrutan pemain asing dari kawasan Asia.

Langkah besar ini mendorong semua klub, baik putra maupun putri, untuk bergerak cepat mencari bintang potensial dari berbagai liga Asia.

Meskipun musim 2025–2026 baru saja dimulai, radar pencarian pemain sudah mulai aktif di Jepang, Thailand, Indonesia, hingga Filipina.

BACA JUGA: IBK Altos Raih Kemenangan Pertama di V-League 2025/2026 Usai Kalahkan Pepper Savings Bank

Pergantian Sistem: Dari Tryout ke Free Agent

Perubahan sistem ini disahkan dalam rapat dewan KOVO pada Juni lalu. Berdasarkan keputusan tersebut, sistem free agent untuk kuota Asia akan diberlakukan mulai musim 2026-2027, sedangkan kuota pemain asing non-Asia akan beralih ke sistem serupa pada musim 2027-2028.

KOVO menilai, sistem tryout yang telah berjalan selama ini mulai kehilangan efektivitasnya.

Dalam beberapa musim terakhir, kualitas pemain yang ikut seleksi menurun dan proses penggantian pemain cedera di tengah musim menjadi semakin sulit.

Oleh karena itu, mulai tahun depan, semua pemain kuota Asia wajib melalui proses seleksi free agent.

Langkah ini diyakini akan membuka peluang bagi klub untuk lebih fleksibel mencari pemain yang sesuai dengan strategi dan kebutuhan tim, sekaligus meningkatkan daya saing V-League di tingkat Asia.

Aturan Gaji dan Pengawasan Ketat

Meski sistem berubah, struktur gaji pemain kuota Asia tetap dipertahankan. Untuk pemain putra, kontrak tahun pertama bernilai USD 100.000, dan tahun kedua USD 120.000.

Sedangkan untuk pemain putri, tahun pertama senilai USD 120.000 dan meningkat menjadi USD 150.000 di tahun kedua.

Namun, KOVO memperketat pengawasan untuk mencegah praktik curang, termasuk pembayaran di luar ketentuan resmi.

Jika ditemukan pelanggaran seperti pembayaran melebihi batas gaji atau adanya “uang bawah meja”, maka pemain akan langsung dikeluarkan dan klub bersangkutan dilarang merekrut pemain asing atau kuota Asia di musim berikutnya.

Aturan tegas ini bertujuan menutup celah munculnya skandal “kickback”, yang sempat mencoreng reputasi kompetisi pada masa lalu.

BACA JUGA: Drama 5 Set! Red Sparks Akhiri Puasa Kemenangan, Jinakkan GS Caltex Lewat Laga Super Ketat

Klub Mulai Bergerak Cepat

Sejak keputusan diumumkan, sejumlah klub langsung aktif mencari kandidat pemain. Salah satu tim putri, sebut saja Klub A, dikabarkan telah menyiapkan daftar target dan bekerja sama dengan agen internasional untuk memantau pemain dari Jepang, Thailand, dan Filipina.

Seorang pejabat klub mengungkapkan, “Beberapa liga Asia sudah memulai musim mereka.

Begitu kami mendapat rekomendasi pemain potensial, tim pelatih akan langsung melakukan pemantauan ke lapangan.”

Namun, ia mengakui tantangan terbesar adalah bersaing dengan klub Eropa dan Timur Tengah yang menawarkan gaji tinggi.

“Beberapa pemain Asia kini lebih tertarik merantau ke Eropa. Tapi kami tetap yakin bisa menarik satu atau dua nama besar ke Korea,” ujarnya.

Fenomena ini memperkuat narasi bahwa 14 tim Korea V-League berburu pemain kuota Asia 2026 tidak hanya bersaing secara lokal, tetapi juga di pasar global.

KOVO Siapkan Regulasi Detail

Untuk memastikan transisi sistem berjalan mulus, KOVO tengah menyusun panduan teknis yang mencakup waktu perekrutan, metode kontrak, dan syarat administratif.

Tujuannya, agar proses rekrutmen pemain free agent kuota Asia berlangsung transparan dan adil.

Dengan sistem baru ini, klub diharapkan dapat menyusun strategi transfer lebih matang tanpa dibatasi oleh lotre atau urutan pemilihan seperti di tryout sebelumnya.

Bintang Asia Jadi Incaran

Beberapa pemain kuota Asia saat ini diprediksi akan menjadi target utama dalam perburuan mendatang.

Di antaranya, Haruyo Shimamura dari Pepper Savings Bank, middle blocker asal Jepang yang tampil gemilang di laga pembuka musim ini dengan 19 poin dan tiga blok penting.

Selain itu, Thanacha Sooksod dari Korea Expressway juga menjadi sorotan.

Pemain asal Thailand ini dikenal punya daya serang kuat dan pengalaman internasional bersama tim nasional negaranya.

Dua nama ini bahkan sempat berhadapan langsung di laga pembuka V-League, menciptakan duel menarik antara dua kekuatan besar Asia.

Tak ketinggalan, Megawati Hangestri Pertiwi, bintang asal Indonesia yang musim lalu membawa timnya ke final Livoli 2025, juga masih jadi buah bibir.

Meski kini bermain di luar negeri, sosoknya dianggap simbol kesuksesan sistem kuota Asia di V-League dan bukti bahwa pemain Asia mampu bersinar di panggung Korea.

BACA JUGA: Jeong Ji-yoon Sumbang 22 Poin, Hyundai Hillstate Tundukkan Pink Spiders di Laga Perdana V-League 2025/2026

Menuju V-League yang Lebih Kompetitif

Perubahan besar ini diprediksi akan mengubah peta kekuatan voli profesional Korea. Dengan sistem free agent, klub akan lebih bebas dalam membangun skuad sesuai kebutuhan taktis dan kondisi finansial.

Namun, di sisi lain, kompetisi antar klub juga akan meningkat tajam. Perburuan pemain terbaik dari Asia akan menjadi ajang adu strategi baru, bukan hanya di dalam lapangan tetapi juga di meja negosiasi.

Jika transisi berjalan sukses, musim 2026–2027 bisa menjadi tonggak penting dalam sejarah voli Korea, saat 14 tim Korea V-League berburu pemain kuota Asia 2026 dan membuka era baru transfer pemain di kawasan Asia.