Hari pertama Wimbledon 2025 langsung dipenuhi momen emosional. Petenis unggulan dan juara bertahan, Carlos Alcaraz, menjadi sorotan setelah dengan sigap membantu seorang penonton yang pingsan akibat serangan panas. Momen “Alcaraz bantu penonton pingsan di saat berlaga” itu terjadi saat cuaca ekstrem menyelimuti All England Club, menjadikan pembukaan turnamen ini sebagai yang terpanas sepanjang sejarah.
Panas Terik di London: Wimbledon Pecahkan Rekor Hari Pembukaan Terpanas
Edisi ke-138 Wimbledon dimulai dalam kondisi cuaca yang tidak biasa. Menurut badan cuaca Inggris (Met Office), suhu udara mencapai lebih dari 32 derajat Celsius, rekor tertinggi untuk hari pembukaan turnamen. Cuaca panas tersebut memberi tantangan berat bagi para pemain dan ribuan penonton yang memadati stadion.
BACA JUGA: Naomi Osaka Singkirkan Petenis Muda di Wimbledon 2025, Lolos ke Babak Kedua
Salah satu pertandingan yang berlangsung di tengah cuaca ekstrem itu mempertemukan Carlos Alcaraz melawan Fabio Fognini. Pertandingan berjalan sengit hingga lima set. Namun, momen paling mengharukan terjadi bukan pada pertandingan itu sendiri, melainkan ketika seorang penonton tiba-tiba kolaps karena serangan panas.
Alcaraz Bantu Penonton Pingsan di Saat Berlaga
Dalam kondisi menegangkan, Carlos Alcaraz dengan cepat bereaksi dan memberikan sebotol air kepada penonton yang pingsan, sebelum tim medis datang untuk memberikan pertolongan. Aksi kemanusiaan tersebut langsung menyentuh hati publik dan menjadi viral di media sosial.
“Bermain dalam suhu setinggi ini benar-benar sulit,” kata Alcaraz seusai pertandingan. “Apalagi saat pertandingan berlangsung panjang dan melelahkan. Saya tahu ini tidak mudah untuk siapa pun, termasuk penonton.”
Alcaraz juga menyampaikan simpati kepada penonton, mengingat masyarakat London tidak terbiasa dengan suhu panas ekstrem seperti itu. “Bayangkan duduk selama lima jam tanpa bergerak, langsung di bawah sinar matahari. Itu sangat sulit,” tambahnya.
BACA JUGA: Jadwal Tunggal Putri Wimbledon 2025 Hari Kedua 1 Juli: Duel Bintang dan Potensi Kejutan
Medvedev Tumbang di Babak Pertama, Cuaca Jadi Faktor Tambahan
Selain insiden penonton pingsan, kejutan juga datang dari sektor tunggal putra. Unggulan kesembilan Daniil Medvedev secara mengejutkan langsung tersingkir di babak pertama setelah kalah dari Benjamin Bonzi dalam empat set. Ini menjadi kekalahan perdananya di babak pembuka Wimbledon dalam tujuh kali keikutsertaan.
Medvedev tak menyangkal bahwa cuaca panas memengaruhi performanya, meski tetap memberi kredit kepada sang lawan. “Secara fisik ini sangat melelahkan,” ujarnya. “Set keempat adalah yang paling sulit. Saya tidak bilang dia menang karena cuaca, tapi bermain dalam panas seperti ini sangat berat.”
Rumput Wimbledon Justru Diuntungkan oleh Cuaca Panas
Meskipun cuaca ekstrem menimbulkan tantangan besar bagi pemain dan penonton, kondisi ini ternyata menguntungkan permukaan rumput legendaris Wimbledon. Kepala Divisi Grounds & Horticulture All England Club, Neil Stubley, mengungkapkan bahwa suhu tinggi mempercepat pertumbuhan rumput.
“Cuaca panas sebenarnya menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan rumput,” jelas Stubley. “Kami hanya perlu melakukan penyiraman tambahan. Tidak ada tindakan ekstra yang dibutuhkan sebelum turnamen dimulai.”
BACA JUGA: Hasil Wimbledon 2025 Tunggal Putri Hari Pertama R128: Katie Boulter Buat Kejutan
Nicolas Jarry Redam Panas, Singkirkan Rune dalam Lima Set
Tidak semua pemain goyah oleh suhu panas. Petenis asal Chile, Nicolas Jarry, tampil solid dan sukses menumbangkan unggulan kedelapan Holger Rune dalam laga lima set yang melelahkan.
“Bermain lima set di panas seperti ini tidak masalah,” ujar Jarry. “Lebih sulit bermain selama tiga jam di Rio de Janeiro atau Buenos Aires.”
Wimbledon 2025: Diwarnai Kemanusiaan dan Ujian Ketahanan
Hari pertama Wimbledon 2025 tidak hanya diwarnai oleh pertandingan epik, tetapi juga oleh aksi kemanusiaan yang menyentuh hati dari Carlos Alcaraz. Momen ketika Alcaraz bantu penonton pingsan di saat berlaga menunjukkan bahwa olahraga tidak hanya tentang menang dan kalah, tetapi juga soal empati dan solidaritas.
Di tengah panas ekstrem dan tekanan kompetisi Grand Slam, momen-momen seperti ini menjadi pengingat bahwa kemanusiaan masih memiliki tempat di tengah hiruk-pikuk turnamen prestisius.
BACA JUGA: Datang dengan Mental Pembunuh, Aryna Sabalenka Mulus ke Babak Kedua Wimbledon 2025