Jannik Sinner Nggak Bisa Tidur, Usai Gagal Juara di Roland Garros 2025

Jannik Sinner Nggak Bisa Tidur, Usai Gagal Juara di Roland Garros 2025
Jannik Sinner - Dokumentasi Instagram/@atphalle_official

Jannik Sinner nggak bisa tidur usai kalah dramatis dari Carlos Alcaraz di final Roland Garros 2025. Petenis asal Italia itu mengaku masih sering memikirkan momen ketika ia gagal menuntaskan pertandingan meski sudah memiliki tiga championship point di tangan. Namun kini, sang petenis peringkat satu dunia memilih bangkit dan fokus menghadapi musim rumput, dimulai dengan turnamen ATP 500 di Halle, Jerman.

Dalam konferensi pers menjelang ajang Terra Wortmann Open di Halle, Sinner berbicara terbuka mengenai kekecewaannya di Paris dan bagaimana ia berusaha pulih secara emosional. Meskipun luka kekalahan masih terasa, ia menyatakan bahwa keluarga dan teman-teman membantunya melewati masa sulit.

“Sudah beberapa malam saya nggak bisa tidur,” ungkap Sinner dalam bahasa Jerman. “Tapi setiap hari rasanya semakin membaik. Yang paling penting bagi saya adalah dukungan dari keluarga dan sahabat.”

BACA JUGA: Jack Draper Kembali ke Queen’s Club 2025 dengan Performa Makin Gahar

Jannik Sinner Nggak Bisa Tidur, Tapi Tetap Santai di Rumah

Setelah kekalahan menyakitkan itu, Jannik Sinner nggak bisa tidur selama beberapa malam. Namun bukannya mencari pelarian jauh atau metode pemulihan yang rumit, petenis 23 tahun itu justru memilih pulang ke kampung halamannya di Italia.

“Saya cuma pulang ke rumah, barbeque sama keluarga, dan main tenis meja sama teman-teman. Aktivitas biasa aja,” katanya. “Saya merasa nyaman di rumah. Teman-teman saya tahu siapa saya sebelum dan sesudah jadi petenis top.”

Momen santai bersama keluarga itu jadi cara Sinner untuk menyegarkan pikiran, sebelum kembali fokus menyambut musim lapangan rumput. Ia tiba di Halle pada Jumat pagi dan langsung menjalani sesi latihan pertamanya setelah kekalahan di final Roland Garros.

Kembali ke Halle: Ajang Reuni dan Uji Mental

Halle punya makna khusus bagi Sinner. Tahun lalu, di turnamen inilah ia memenangkan gelar ATP pertamanya di lapangan rumput sekaligus menjadi kampiun pertama di era peringkat satu dunia.

BACA JUGA: Jadwal Final BOSS Open 2025 Zverev vs Fritz: Duel Dua Raja Servis di Stuttgart

Kini, ia datang ke Jerman bukan hanya untuk nostalgia, tapi juga sebagai ujian ketahanan mental. Turnamen Halle akan menjadi pijakan awal baginya untuk mempersiapkan diri menghadapi Wimbledon 2025.

“Latihan pertama di sini oke, meski saya belum pegang raket sejak Paris,” kata Sinner. “Lapangan rumput itu tricky, pantulan bolanya aneh, jadi harus pintar-pintar serve dan positioning.”

Data dari Infosys ATP Win/Loss Index mencatat performa Sinner musim ini sangat solid: 18 kemenangan dan hanya 2 kekalahan sejauh 2025 berjalan. Statistik itu menunjukkan ia tetap konsisten di level tertinggi meski tekanan terus meningkat.

Setiap Pertandingan Adalah Awal Baru

Bagi Sinner, cara terbaik untuk pulih dari kekalahan adalah dengan terus bermain. Ia percaya bahwa setiap turnamen memberi peluang baru untuk berkembang dan memperbaiki diri, termasuk memperkuat mental di momen-momen krusial.

BACA JUGA: Jadwal Final HSBC Women’s Championships 2025, Malam Ini: Anisimova vs Maria

“Saya mencoba lupakan hal-hal negatif dan fokus pada apa yang bisa saya capai di sini,” ucapnya. “Setiap pertandingan adalah awal baru, dan saya harus siap memberikan 100 persen.”

Sinner dijadwalkan menghadapi pemain kualifikasi di babak pertama Halle, namun ia menolak meremehkan siapa pun. Baginya, tantangan terbesar adalah mengembalikan ritme dan adaptasi di permukaan rumput.

Lebih dari Sekadar Tenis: Dukungan Orang Terdekat Jadi Kunci

Walau ambisinya di lapangan begitu tinggi, Sinner mengingatkan bahwa tenis bukan segalanya dalam hidupnya. Ia menegaskan bahwa keberadaan keluarga dan sahabat adalah penopang utama saat ia harus menghadapi masa-masa sulit.

“Tenis memang penting, tapi keluarga dan teman-teman jauh lebih penting,” tuturnya. “Mereka selalu ada untuk saya, bahkan sebelum saya jadi juara.”

Kedewasaan emosional inilah yang membedakan Jannik Sinner dari banyak petenis muda lainnya. Ia tidak hanya ingin dikenal karena trofi dan ranking, tapi juga karena cara ia menghadapi kekalahan, tekanan, dan harapan publik.