Thiago Silva Ungkap Peran Strategisnya Jelang Duel Fluminense vs Al Hilal
Di usia 40 tahun, Thiago Silva membuktikan bahwa pengaruhnya tak hanya terasa di lapangan sebagai bek veteran, tapi juga dalam ruang diskusi strategi tim. Jelang perempat final FIFA Club World Cup 2025 melawan Al Hilal, Silva tampil bukan hanya sebagai pilar pertahanan Fluminense, tapi juga sebagai pemikir taktis yang tak segan memberi masukan kepada pelatih.
Silva, yang kembali ke Fluminense setelah karier panjang di Eropa, mengungkapkan kepada FIFA bahwa ia berperan penting dalam perubahan formasi tim saat menang 2-0 atas Inter Milan di babak 16 besar. Ia bahkan menyarankan penggunaan formasi 5-4-1 dan memindahkan posisi Jhon Arias ke lini depan, keputusan yang akhirnya membantu Fluminense mengamankan kemenangan historis.
BACA JUGA: Peta Persaingan Makin Ketat! Ini Klasemen Kejuaraan Dunia Voli Putri U19 per 4 Juli 2025
Fluminense Tampil Impresif, Tapi Tantangan Berat Menanti
Kemenangan atas Inter Milan tentu menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam 123 tahun eksistensi Fluminense. Namun, ujian sesungguhnya belum usai. Mereka akan menghadapi Al Hilal yang tampil konsisten dan kini diperkuat pelatih top, Simone Inzaghi.
“Al Hilal bukan tim yang bisa diremehkan. Mereka sudah lama bermain bersama, memiliki kualitas teknik tinggi, dan sekarang dilatih oleh pelatih hebat. Kami harus fokus penuh menghadapi mereka,” ujar Silva.
Silva Tak Asing dengan Koulibaly
Dalam laga kontra Al Hilal, Thiago Silva juga akan bertemu dengan mantan tandemnya di Chelsea, Kalidou Koulibaly. Namun, meski bersahabat di luar lapangan, Silva menegaskan tak ada kompromi saat laga berlangsung.
“Saya sangat respek padanya. Saat dia pindah ke Chelsea, saya merekomendasikan dia. Tapi sekarang kami di tim berbeda, jadi dukungan saya hanya untuk Fluminense,” kata Silva sambil tersenyum.
BACA JUGA: Sinar Sinner dan Kejutan Cilic Warnai Hasil Wimbledon 2025 Hari Keempat R64
Peran Vital Marcos Leonardo dan Kedisiplinan Taktis Al Hilal
Selain waspada terhadap soliditas tim Al Hilal, Silva juga menggarisbawahi pentingnya mengawal striker tajam mereka, Marcos Leonardo. “Dia sedang dalam performa luar biasa, sudah mencetak hampir 30 gol musim ini. Kami tak bisa membiarkannya lepas dari pengawasan,” tegasnya.
Namun menurutnya, kekuatan Al Hilal tak hanya soal striker. “Seluruh tim punya struktur permainan yang rapi dan kompak. Mereka bukan hanya bertumpu pada satu pemain.”
Fabio dan Arias, Pemain Kunci Fluminense
Dalam perjalanan ke perempat final, dua nama mencuri perhatian: kiper senior Fabio dan gelandang serang Jhon Arias. Fabio, di usia 44 tahun, tampil luar biasa dengan tiga clean sheet dalam empat laga terakhir.
“Di usia segitu, apa yang dilakukan Fabio luar biasa. Ia salah satu pemain paling disiplin dan rajin berlatih. Sebagai pemain belakang, saya merasa aman karena dia ada di belakang saya,” puji Silva.
BACA JUGA: Thailand, Italia, dan AS Menang Meyakinkan: Hasil Girls’ U19 World Champ 2025 Pagi 4 Juli
Sementara itu, Jhon Arias telah tiga kali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Pertandingan. Silva menilai gelandang Kolombia itu adalah “motor” tim Fluminense.
“Dia salah satu pemain terbaik di turnamen ini. Bukan karena dia main untuk tim kami, tapi karena statistik dan performanya yang benar-benar impresif,” ucap Silva.
Renato Gaucho, Pelatih yang Terbuka dengan Masukan Pemain
Menariknya, Thiago Silva mengaku diberi ruang oleh pelatih Renato Gaucho untuk menyampaikan saran taktis, seperti yang ia lakukan saat melawan Inter. Menurutnya, keterbukaan itu menjadi kekuatan tersendiri bagi Fluminense.
“Saya punya hubungan panjang dengan Renato, sejak saya pertama kali dipanggil ke timnas Brasil. Dia bukan pelatih yang kaku, dan saya rasa itu membantu kami berkembang. Dia mau mendengarkan pemain, dan itu sangat berarti,” ungkapnya.
BACA JUGA: Yamaha Uji Aero Belakang Baru untuk Mesin V4 di Tes Brno: Siap Tantang MotoGP 2026?
Energi dari Suporter Jadi Bahan Bakar Mental
Silva juga tidak melupakan dukungan dari para pendukung Fluminense, baik yang hadir langsung di stadion maupun yang menyemangati dari jauh. Ia menyebut bahwa atmosfer dan cinta fans menjadi kekuatan yang membakar semangat para pemain.
“Lihat video dari Laranjeiras, semua orang menangis, berpelukan, itu membuat kami semakin semangat. Kami mewakili mereka, dan itu tanggung jawab yang besar,” ujar Silva penuh emosi.
Mimpi yang Terus Dikejar
Perjalanan hidup Thiago Silva, dari nyaris pensiun karena tuberkulosis di usia 19 tahun hingga menjadi tokoh penting Fluminense di usia 40, adalah kisah inspiratif yang belum selesai.
Kini, ia kembali berada di pentas dunia, kali ini bukan hanya sebagai pemain bertahan, tapi juga sebagai pemimpin dan pemikir di ruang ganti. Bersama Fluminense, Thiago Silva tak hanya ingin bertahan, tapi juga menang, melaju, dan mungkin, mengangkat trofi.