Solana Sierra Ukir Sejarah, Jadi Lucky Loser Pertama yang Tembus 16 Besar Wimbledon

Solana Sierra Ukir Sejarah, Jadi Lucky Loser Pertama yang Tembus 16 Besar Wimbledon
Solana Sierra - Dokumentasi Instagram/@wta

Langkah Ajaib Solana Sierra: Dari Lucky Loser ke Pekan Kedua Wimbledon

Petenis muda asal Argentina, Solana Sierra, menulis sejarah baru di Wimbledon 2025. Berstatus lucky loser, Sierra justru tampil luar biasa dan sukses melaju ke babak 16 besar usai menundukkan Cristina Bucsa asal Spanyol 7-5, 1-6, 6-1 pada babak ketiga, Jumat (4/7).

Kemenangan ini tak hanya membawa Sierra ke pekan kedua Grand Slam untuk pertama kalinya, tetapi juga menjadikannya lucky loser pertama dalam sejarah Wimbledon era Open (sejak 1968) yang berhasil mencapai babak 16 besar sektor tunggal putri.

BACA JUGA: Jadwal PSG vs Bayern Munchen: Adu Gengsi Dua Raksasa Eropa di Perempat Final Piala Dunia Antarklub 2025

Momen Kedua yang Tak Disia-siakan Sierra

Sierra, yang saat ini menempati peringkat 101 dunia, sejatinya gagal di babak kualifikasi Wimbledon. Namun, nasib baik datang ketika ia mendapatkan tempat di undian utama sebagai lucky loser. Tak disangka, peluang kedua ini justru dimaksimalkannya hingga menembus babak 16 besar.

Dalam pertandingan melawan Bucsa (peringkat 102 dunia), Sierra menunjukkan mentalitas tangguh. Meski kehilangan set kedua dengan skor telak 1-6, petenis 21 tahun itu bangkit dan tampil dominan di set penentuan. Hanya butuh satu jam 52 menit untuk mengunci kemenangan dan tiket ke babak selanjutnya.

Bagian dari Sejarah Grand Slam

Sierra menjadi petenis ketujuh dalam sejarah Open Era yang melaju ke babak 16 besar Grand Slam sebagai lucky loser, dan yang ketiga dalam tiga tahun terakhir. Fakta ini menunjukkan bahwa tren lucky loser yang mencuri perhatian di turnamen-turnamen besar mulai meningkat.

Sebelumnya, antara tahun 1980 hingga 1993, hanya empat petenis yang mampu mencapai babak 16 besar Grand Slam dari jalur lucky loser: Hana Strachonova (Roland Garros 1980), Dana Gilbert (Roland Garros 1982), Nicole Muns-Jagerman (Roland Garros 1988), dan María José Gaidano (US Open 1993), yang juga berasal dari Argentina.

BACA JUGA: Iga Swiatek Bangkit dari Ketertinggalan untuk Tumbangkan McNally di Putaran Kedua Wimbledon 2025

Setelah jeda selama hampir 30 tahun, tren itu muncul kembali lewat Elina Avanesyan di Roland Garros 2023. Lalu tahun ini, 2025, mencatat dua nama sekaligus: Eva Lys di Australian Open dan kini Solana Sierra di Wimbledon.

Target Baru: Perempat Final Grand Slam

Tantangan berikutnya sudah menanti Sierra: menjadi lucky loser pertama yang mencapai perempat final Grand Slam. Enam pemain sebelumnya semuanya tumbang di babak 16 besar.

Meski begitu, performa Sierra di Wimbledon sejauh ini membuktikan bahwa dia tak sekadar numpang lewat. Dengan kepercayaan diri yang tinggi dan daya juang luar biasa, bukan tidak mungkin dia bisa mematahkan rekor tersebut.

Harapan Baru dari Argentina

Sierra juga mengukir pencapaian spesial bagi negaranya. Ia adalah petenis putri Argentina pertama yang lolos ke babak 16 besar Wimbledon sejak Paola Suarez pada tahun 2004. Lebih dari itu, ia juga menjadi petenis putri Argentina pertama yang menembus babak 16 besar Grand Slam sejak Nadia Podoroska mencapai semifinal Roland Garros 2020 sebagai qualifier.

BACA JUGA: Sinar Sinner dan Kejutan Cilic Warnai Hasil Wimbledon 2025 Hari Keempat R64

Bagi publik tenis Argentina, Sierra kini menjadi harapan baru di level tertinggi. Di usia yang masih sangat muda, Sierra menunjukkan potensi besar untuk terus bersaing di panggung Grand Slam.

Dari babak kualifikasi hingga 16 besar, perjalanan Solana Sierra di Wimbledon 2025 adalah kisah inspiratif tentang kesempatan kedua dan keberanian untuk bermimpi. Jika terus konsisten dan percaya diri, bukan tak mungkin Sierra akan mencatatkan lebih banyak sejarah, baik sebagai lucky loser, maupun sebagai bintang masa depan Argentina.